Jumat, 05 Juni 2009

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar PKn Memahami Pelaksanaan Demokrasi Dalam Berbagai Aspek Kehidupan Melalui Permainan Simulasi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dimana para siswa merasa nyaman, bebas dari ras takut, bebas berpendapat, bebas mengajukan pertanyaan , bebas memberikan penilaian terhadap suatu adalah merupakan suatu hal yang sangat penting untuk suksesnya kegiatan pembelajaran, khususnya kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Dari penilaian yang telah dilakukan selama ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa masih rendah, dimana lebih dari 30 % jumlah siswa di kelas VIII A SMP Negeri 1 Randublatung Kabupaten Blora pada semester I tahun 2007/2008 masih belum mencapai batas tuntas. Proses pembelajaran itu dapat dikatakan berhasil (tinggi) apabila jumlah siswa dalam kelas itu yang dapat mencapai batas tuntas lebih atau sama dengan 85 %.
Peneliti mengamati bahwa kegiatan pembelajaran yang berlangsung selama ini siswa cenderung bersikap pasip, hanya menunggu dan menerima informasi mengenai materi pelajaran yang diberikan oleh guru, siswa kurang ada keberanian untuk bertanya, menyampaikan pendapat, apalagi memberikan penilaian terhadap suatu hal yang disertai dengan alasan – alasan pendukung yang menuntut kemampuan analisa yang tinggi. Guru belum menerapkan metode pembelajaran yang mampu untuk mengoptimalkan patisipasi siswa dalam pembelajaran seperti misalnya penerapan metode permainan simulasi.
Meningkatkan hasil belajar siswa yang masih rendah dalam pembelajaran mata pelajaran PKn merupakan suatu hal yang mutlak harus dilakukan, karena hasil belajar siswa yang meningkat adalah merupakan indikator / bukti bahwa siswa telah berhasil dalam belajar dan guru telah berhasil dalam melaksanakan pembelajaran kepada siswa.
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, menurut peneliti banyak hal yang bisa dilakukan oleh guru diantaranya adalah dengan pemanfaatan media pembelajaran dan menentukan metode yang tepat dalam pembelajaan. Banyak metode pembelajaran yang bisa dilakukan oleh guru dalam pembelajaran PKn. Salah satu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa untuk standar kompetensi memahami pelaksanaan demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan menurut peneliti adalah penerapan metode permainan simulasi. Penerapan metode permainan simulasi dalam pembelajaran PKn ini diharapkan akan mampu meningkatkan hasil belajar siswa karena memiliki beberapa kelebihan bila dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain karena metode ini menuntut siswa lebih aktif dalam pembelajaran, pembalajaran akan tampak lebih menyenangkan siswa, siswa secara bebas akan dapat menyampaikan pendapatnya dan lain – lain.
Peneliti melihat bahwa masih terdapat kesenjangan yang nyata dalam pembelajaran PKn antara kondisi nyata saat ini dengan kondisi kedepan yang diharapkan, dalam arti bahwa kondisi nyata saat ini menunjukkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn masih rendah sementara yang diharapkan dengan penelitian ini kedepan adalah hasil belajar siswa tinggi. Demikian pula peneliti melihat dan merasakan bahwa dalam proses pembelajaran PKn yang selama ini dilakukan belum menerapkan metode pembelajaran yang mampu melibatkan peran siswa secara optimal disamping belum menggunakan media pembelajaran yang memadai misalnya dengan penerapan metode permainan simulasi sehingga pembelajaran yang dilakukan selama ini terasa kurang menarik bagi siswa, ke depan dengan penelitian ini diharapkan peneliti telah mampu untuk menerapkan metode permainan simulasi dalam pembelajaran PKn sehingga akan lebih menarik pada siswa untuk mengkuti dengan sebaik-baiknya. Dengan adanya kesenjangan di atas hal ini berarti menimbulkan suatu masalah yang harus dipecahkan untuk dapat mencapai harapan yang telah diinginkan yaitu tingginya hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn.
Peneliti menyadari bahwa kondisi dimana hasil belajar siswa yang rendah sebagai hasil dari proses pembelajaran PKn ini tidak boleh dibiarkan tapi perlu diupayakan untuk ditingkatkan. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn yang masih rendah itu, maka perlu adanya analisa mengenai penyebab rendahnya hasil belajar siswa serta melakukan langkah kongkrit apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa tersebut. Dari hasil analisis yang peneliti lakukan di lapangan, peneliti berpendapat bahwa rendahnya hasil belajar siswa itu disebabkan oleh tiga hal yaitu 1). kurang dilibatkannya siswa secara optimal dalam proses pembelajaran, 2) masih kurangnya penggunaan media pembelajaran, 3) belum diterapkannya metode pembelajaran yang tepat. Oleh karena itu, menurut peniliti hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn yang masih rendah itu akan dapat ditingkatkan apabila dalam pembelajaran siswa dilibatkan secara optimal, penggunaan media pembelajaran yang sesuai, dan dipilihnya metode pembelajaran yang tepat. Menurut peneliti untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn khusunya untuk standar kompetensi memahami pelaksanaan demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan adalah dengan menerapkan metode pembelajaran permainan simulasi.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut : 1).mengapa dalam pembelajaran PKn selama semester I tahun 2007 / 2008 hasil belajar siswa rendah ? 2).benarkah hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn yang rendah itu disebabkan oleh kurang optimalnya keterlibatan siswa dalam pembelajaran? 3).benarkah hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn yang rendah itu juga disebabkan oleh penggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat? 4).benarkah hasil belajar siswa yang rendah dalam pembelajaran PKn itu juga dipengaruhi oleh penggunaan media pembelajaran yang belum optimal? 5).benarkah dengan menerapkan metode permainan simulasi akan mampu meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn ?

C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini peneliti tidak akan meneliti semua hal yang terkait dengan pembelajaran PKn tetapi hanya akan meneliti dua vareabel yaitu meningkatkan hasil pembelajaran PKn untuk standart kompetensi memahami pelaksanaan demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan (vareabel Y) dan penerapan permainan simulasi dalam pembelajaran PKn (vareabel X).
Dapat peneliti jelaskan di sini bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar siswa yang rendah itu adalah hasil belajar siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Randublatung Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2007 / 2008 dimana lebih dari 30 % jumlah siswa di kelas VIII A masih belum mencapai batas tuntas berdasarkan hasil penilaian selama semester I tahun 2007 / 2008. Karena proses pembelajaran itu dapat dikatakan berhasil (tinggi) apabila jumlah siswa dalam kelas itu yang dapat mencapai batas tuntas mencapai 85 % atau lebih.
Selanjutnya yang dimaksud dengan penerapan permainan simulasi dalam pembelajaran PKn di sini adalah dalam pembelajaran PKn siswa secara berkelompok, baik kelompok besar (klasikal) maupun kelompok kecil menerapkan permainan dimana siswa secara bergantian sesuai dengan urutan mensimulasikan berbagai peran yang dituntut pada setiap soal / permasalahan yang telah dituangkan dalam lembar permainan (beberan maupun kartu) dan berusaha untuk memecahkan / menjawab soal tersebut, yang merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran PKn. Permianan simulasi ini nanti akan diterapkan saat proses belajar mengajar berlangsung sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan yaitu apabila telah sampai pada materi pembelajaran pada standart kompetensi memahami pelaksanaan demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam pelaksanaan permainan simulasi ini akan dilakukan oleh para siswa setelah terlebih dahulu dijelaskan oleh guru mengenai teknik pelaksanaan permainan simulasi. Untuk melaksanakan permainan simulasi tersebut maka akan disiapkan berbagai peralatan seperti beberan, dadu, kartu merah putih, dan tanda pemain (gacu). Permainan simulasi ini akan dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada tahap / siklus I dan siklus II.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah melalui penerapan permainan simulasi dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan pada standar kompetensi memahami pelaksanaan demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan bagi siswa kelas VIIIA SMP Negeri 1 Randublatung pada semester II tahun 2007 / 2008 ?

E. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Dalam penelitian ini terdapat dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Adapun umum dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar PKn siswa SMP Negeri 1 Randublatung
2. Tujuan Khusus
Disamping penelitian ini memiliki tujuan umum seperti di atas juga memiliki tujuan khusus. Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar PKn untuk standar kompetensi memahami pelaksanaan demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan bagi siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Randublatung Kab. Blora pada Semester II tahun 2007 / 2008.

F. Manfaat Penelitian
Dengan penelitian ini diharapkan akan mendapatkan manfaat penelitian sebagai berikut :


1. Manfaat Teoritis
a.Bagi siswa untuk mendapatkan pengetahuan atau teori baru tentang upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn untuk standar kompetensi memahami pelaksanaan demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan melalui penerapan permainan simulasi.
b.Sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis
a.Bagi siswa penelitian ini akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn untuk standar kompetensi memahami pelaksanaan demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan. Serta memberikan pengalaman baru bagi siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran PKn yang lebih menyenangkan, lebih aktif, dan mendorong siswa untuk lebih berani dalam berpendapat, berfikir kreatif, dan argumentatif.
b.Manfaat bagi guru penelitian ini dapat memberikan masukan bagi guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn untuk standar kompetensi memahami pelaksanaan demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan, serta mendapatkan pengalaman baru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran PKn yang lebih menyenangkan, mendorong siswa untuk lebih aktif, berani berpendapat, berfikir kraetif dan argumentatif.
c.Manfaat bagi sekolah penelitian ini dapat memberikan masukan kepada sekolah dalam upaya meningkatkan proses belajar mengajar dan meningkatkan mutu lulusan.
d.Manfaat bagi perpustakaan sekolah penelitian ini dapat memberikan masukan bagi perpustakaan sekolah dalam rangka meningkatkan pelayanan dan menambah koleksi buku.















BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori
Agar dalam penelitian ini benar – benar dapat terfokus pada pokok permasalahan, maka peneliti memandang perlu untuk memberikan batasan – batasan operasional sesuai dengan pokok permasalahan. Dalam penelitian ini peneliti mengambil judul penelitian “ Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Memahami Pelaksanaan Demokrasi Dalam Berbagai Aspek Kehidupan Melalui Penerapan Permainan Simulasi Bagi Siswa Kelas VIIIA SMP N 1 Randublatung Pada Semester II Tahun 2007 / 2008”.
Dari judul penelitian tersebut maka ada dua vareabel yang menjadi fokus pembahasan yaitu :
a. Upaya meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan memahami pelaksanaan demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan sebagai vareabel terikat (Y).
b. Penerapan permainan simulasi sebagai vareabel bebas (X)
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas terkait dengan vareabel – vareabel tersebut, selanjutnya akan diuraikan satu persatu sebagai berikut:
a. Upaya meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan memahami pelaksanaan demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan.
Untuk pembahasan mengenai vareabel Y (upaya meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan untuk standar kompetensi memahami pelaksanaan demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan), di sini akan peneliti uraikan mengenai tiga hal yang penting yaitu 1) hakekat PKn, 2) hakekat belajar dan 3) hakekat hasil belajar dengan uraian sebagai berikut:
1) Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan.
Pendidikan Kewarganegaraan adalah merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang ada dalam struktur kurikulum yang wajib diberikan mulai pendidikan dasar, menengah maupun perguruan tinggi. Pendidikan Kewarganegaran yang diajarkan di SMP sebagai mana lazimnya mata pelajaran yang lain memiliki visi, misi, tujuan dan ruang lingkup isi yang berbeda dengan mata pelajaran yang lain. Visi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah terwujudnya mata pelajaran yang berfungsi sebagai sarana membina watak bangsa (nation and character building) dan pemberdayaan warga negara. Adapun misi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah membentuk warga negara yang baik, yakni warga negara yang sanggup melaksanakan hak dan kewajibannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan Undang – Undang Dasar 1945.(Depdiknas : 2006)
Adapun tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah mengembangkan kompetensi seperti 1) memiliki kemampuan berfikir secara nasional, kritis, dan kreatif, sehingga mampu memahami berbagai wacana kewarganegaraan. 2) memiliki keterampilan intelektual dan keterampilan berpartisipasi secara demokratis dan bertanggung jawab. 3) memiliki watak dan kepribadian yang baik sesuai dengan norma – norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Mengenai aspek – aspek kompetensi yang dikembangkan pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan mencakup aspek pengetahuan kewarganegaraa ( civic knowledge), keterampilan kewarganegaraan (civic skill), dan watak atau kharakter kewarganegaraan (civic dispositions), dimana dari ketiga aspek tersebut saling berkaitan satu dengan yang lain yang dapat digambarkan dalam diagram di bawah ini.

Pengetahuan
Kewarganegaraan


Warga negara
yang baik
(berpengetahuan,
terampil, dan ber
watak

Keterampilan Watak
Kewarganegaraan Kewarganegaraan


Gambar 1
Diagram aspek – aspek kompetensi yang dikembangkan dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
2) Hakekat belajar.
Belajar adalah merupakan suatu kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat penting / fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa baik ketika ia berada di lingkungan sekolah, di lingkungan rumah, ataupun di lingkungan keluarga sendiri.
Dalam hal ini pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk, dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh semua pihak lebih – lebih guru / para pendidik. Kekeliruan dan ketidaklengkapan persepsi mengenai proses belajar dan hal – hal yang berkaitan dengannya besar kemungkinan akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil pembelajaran yang dicapai oleh peserta didik.
Belajar pada dasarnya adalah merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang (siswa). Perubahan sebagai hasil dari proses belajar ini dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek – aspek lain yang ada pada diri individu yang belajar. Perubahan tersebut terjadi berkat adanya pengalaman dalam proses belajar. Sebagaimana hal ini dikemukakan oleh Mouly dalam Nana Sudjana bahwa belajar pada hakekatnya adalah proses perubahan tingkah laku seseorang berkat adanya pengalaman (Nana Sudjana : 2001).
Pengalaman dalam proses belajar adalah interaksi antara individu dengan lingkungannya. Sehingga dengan demikian belajar itu adalah suatu proses aktif. Belajar adalah proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah suatu proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui suatu pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati, memahami sesuatu yang dipelajari. Oleh karena itu bila kita berbicara tentang belajar, maka pada dasarnya kita berbicara tentang bagaimana cara mengubah tingkah laku seseorang atau individu melalui berbagai pengalaman yang ditempuhnya.
3) Hakekat hasil belajar
Hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh individu atau seseorang setelah mengalami proses pembelajaran. Hasil belajar individu / seseorang sangat dipengaruhi oleh jenis belajar yang dilakukan oleh individu tersebut. Menurut Dr. Nana Sudjana jenis belajar itu dibedakan menjadi lima yaitu a) belajar informasi, b) belajar konsep, c) belajar prinsip, d) belajar keterampilan dan e) belajar sikap.(Nana Sudjana : 1989).
Pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan hasil belajar siswa yang diharapkan terdiri atas tiga aspek kompetensi yaitu a) aspek pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), b) keterampilan kewarganegaraan (civic skill), dan c) watak atau karakter kewarganegaraan (civic dispositions) (Depdiknas:2006).
Aspek kompetensi pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge) dalam hal ini menyangkut kemampuan akademik – keilmuan yang dikembangkan dari berbagai teori atau konsep politik, hukum, dan moral. Sehingga dengan demikian pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan bidang kajian multidisipliner. Secara lebih rinci materi pengetahuan kewarganegaraan meliputi pengetahuan tentang hak dan tangung jawab warganegara, hak asasi manusia, prinsip – prinsip dan proses demokrasi, lembaga pemerintahan dan non pemerintah, identitas nasional, pemerintahan berdasar hukum (rule of law) dan peradilan yang bebas dan tidak memihak, konstitusi, serta nilai – nilai dan norma – norma dalam masyarakat.
Aspek keterampilan kewarganegaraan (civic skill) meliputi keterampilan intelektual (intelectual skills) dan keterampilan berpartisipasi (participatory skills) dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Keterampilan intelektual misalnya keterampilan dalam merespon berbagai persoalan politik dengan merancang dialog dengan DPRD. Keterampilan berpartisipasi misalnya adalah keterampilan dalam mengunakan hak dan kewajibannya di bidang hukum, yang dilakukan dengan cara segera melapor kepada polisi atas terjadinya kejahatan yang diketahuinya.
Aspek watak / karakter kewarganegaraan (civic dispositions) ini adalah merupakan dimensi yang paling subtansial dan esensial dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Dimensi ini dari dapat dipandang sebagai muara dari pengembangan kedua dimensi sebelumnya. Berdasarkan visi, misi, dan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan maka karakteristik mata pelajaran Pendidikan Kewargenagaraan ini ditandai dengan penekanan pada dimensi watak, karakter, sikap dan potensi lain yang bersifat afektif.
Dengan demikian mengenai hasil belajar pada mata pelajaran Pendidikan Kewargenegaraan seorang warganegara pertama – tama perlu memiliki pengetahuan kewarganegaraan yang baik, terutama pengetahuan di bidang hukum, politik, dan moral dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, untuk selanjutnya diharapkan memiliki keterampilan secara intelektual maupun secara partisipatif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dan pada akhirnya pengetahuan dan keterampilannya itu akan membentuk watak dan karakter yang mapan, sehingga menjadi sikap dan kebiasaan hidup sehari – hari yang mencerminkan wargenegara yang baik seperti sikap relegious, toleran, jujur, adil, demokratis, menghargai perbedaan, menghormati hukum, menghormati hak orang lain, memiliki semangat kebangsaan yang kuat, memiliki kesetikawanan sosial, dan lain – lain.
Selanjutnya terkait dengan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan setiap siswa yang belajar perlu menyadari pentingnya upaya untuk secara terus menerus meningkatkan hasil belajarnya. Hal yang sama juga perlu dimiliki oleh guru. Dalam arti bahwa guru perlu secara terus menerus berupaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Bahkan hal ini hendaknya dijadikan target dalam setiap melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewargenaraan itu akan terjadi apabila dilihat dari hasil evaluasi mengalami kenaikan atau perubahan yang lebih baik bila dibandingkan dengan hasil belajar sebelumnya.


b. Penerapan permainan simulasi dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai Penerapan permainan simulasi dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Peneliti akan menguraikan dua hal yang penting yaitu 1) hakekat permainan simulasi dan 2) hakekat pembelajaran. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut:

1). Hakekat permainan simulasi
Permainan simulasi adalah merupakan salah satu bentuk model pembelajaran yang bisa diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Permainan simulasi adalah suatu model pembelajaran dimana peserta didik / siswa sebagai peserta simulasi dihadapkan pada berbagai pesan / pertanyaan yang harus dijawab yang dilakukan menurut suatu aturan tertentu yang disepakati.
Untuk melaksanakan permainan simulasi, alat – alat yang diperlukan adalah 1).beberan yang berisikan judul topik / pokok bahasan, pesan / pertanyaan, tempat mulai, tanda stop, dan ruang merah putih. 2). dadu / alat yang lain yang dipergunakan mengatur langkah permainan. 3). kartu merah putih yang berisi pesan / pertanyaan di luar beberan. 4). tanda pemain / gacu sebanyak sesuai dengan kebutuhan sebagai tanda / gacu bagi peserta / pemain simulasi.
Selanjutnya untuk melaksanakan permainan simulasi, maka langkah – langkah yang harus dilakukan adalah 1). menyediakan / menyiapkan alat permainan. 2). menunjuk fasilitator (bisa guru / siswa) untuk memfasilitasi dan membimbing jalannya permainan. 3).fasilitator mengucapkan salam. 4). fasilitator menentukan topik permainan sesuai dengan pokok materi yang akan dibahas dalam kegiatan belajar mengajar / permainan simulasi. 5). berdoa awal. 6). membacakan teks Pancasila dan diikuti oleh semua peserta didik / siswa. 7). fasilitator (guru / siswa) memimpin musyawarah untuk menentukan aturan permainan seperti a).lamanya permainan. b).apakah semua pesan / pertanyaan harus terjawab ataukah tidak. c) bagaimana dengan adanya ruang kosong (apa yang harus dilakukan peserta bila sampai pada ruang kosong dalam hal ini bisa dilakukan misalnya dengan menyanyi, deklamasi, dan sebagainya sesuai dengan kesepakatan). 8). pelaksanaan permainan 9). doa penutup.
Permainan simulasi ini merupakan suatu kegiatan yang tidak sulit untuk dilaksanakan karena beberapa alasan yaitu 1).peralatan simulasi bisa diusahakan sendiri oleh guru. 2).secara umum aturan permainan mudah dipahami baik oleh guru maupun siswa. 3). untuk melaksanakan permainan simulasi tidak memerlukan keahlian khusus.
Permainan simulasi ini apabila digunakan sebagai salah satu model pembelajaran memiliki banyak kelebihan diantaranya adalah 1). dapat diterapkan pada semua mata pelajaran.terutama mata pelajaran non eksakta. 2). mendorong siswa untuk aktif karena dalam permainan simulasi menuntut keterlibatan seluruh siswa dalam kelas. 3). dapat dihindari kemungkinan siswa merasa terbebani karena permainan simulasi itu dilakukan dalam suasana gembira. 4). melatih siswa untuk berani mengemukakan pendapat, karena dalam permainan simulasi banyak berisikan pesan / pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa baik sebagai peserta maupun penonton permainan simulasi. 5). melatih siswa untuk saling menghargai pendapat. 6). melatih siswa untuk tertip, karena permainan simulasi dilakukan menurut aturan tertentu yang disepakati.


2). Hakekat pembelajaran
Pembelajaran pada hakekatnya adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan secara sengaja untuk mengantarkan individu pada upaya penguasaan kemampuan tertentu. Dalam hal ini ada dua unsur yang terlibat yaitu peserta didik / siswa yang belajar dan guru yang mengajar. Dalam kegiatan pembelajaran ini terjadi interaksi secara aktif antara guru dan peserta didik dalam suasana belajar dan mengajar.
Kegiatan pembelajaran dapat dikatakan berhasil dengan baik apabila peserta didik telah memiliki kemampuan seperti yang diharapkan sebagai hasil belajar. Untuk mendapatkan hasil belajar yang baik, perlu adanya kegiatan pembelajaran yang baik pula. Kegiatan pembelajaran yang baik dipengaruhi oleh empat unsur yang saling terkait satu dengan yang lain. Keempat unsur tersebut adalah a). adanya tujuan pembelajaran yang jelas. b).adanya isi / bahan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. c). adanya metode dan alat yang tepat yang digunakan dalam pembelajaran. d). adanya penilaian.
Saling keterkaitan antara unsur yang satu dengan unsur yang lain dapat digambarkan dalam diagram berikut :









Gambar 2
Saling keterkaitan beberapa unsur yang mempengaruhi kegiatan pembelajaran

Dari diagram di atas dapat dijelaskan bahwa tujuan akan mempengaruhi bahan, metode dan alat, penilaian. Demikian pula bahan akan mempengaruhi metode dan alat serta penilaian. Akhirnya penilaian juga akan mempengaruhi tujuan.
Interaksi siswa dengan guru dalam kegiatan belajar mengajar dibangun atas keempat unsur tersebut. Dalam interaksi tersebut hendaknya guru mampu mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan pengajaran melalui bahan pengajaran yang dipelajari oleh siswa dengan menggunakan metode dan alat yang sesuai untuk kemudian dinilai ada tidaknya perubahan pada diri siswa setelah guru menyelesaikan proses mengajar tersebut.
Berhasil tidaknya interaksi siswa dan guru dalam kegiatan belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh bentuk – bentuk komunikasi yang digunakan oleh guru pada saat berinteraksi dengan siswa. Dalam hal ini ada tiga bentuk komunikasi yang dapat digunakan dalam kegiatan belajar mengajar yaitu :
a). Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah dimana guru ditempatkan sebagai pemberi aksi dan siswa sebagai penerima aksi. Sehingga dalam hal ini guru tampak lebih aktif sedangkan siswa bersikap pasip. Mengajar dipandang sebagai kegiatan menyampaikan bahan pelajaran.



Gambar 3
Diagram komunikasi sebagai aksi (satu arah) dalam pembelajaran

b). Komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah, dimana guru berperan sebagai pemberi aksi dan penerima aksi. Demikian pula siswa, ia bisa sebagai penerima aksi dan dapat pula sebagai pemberi aksi. Dalam hal ini dialog terjadi antara guru dan siswa.











Gambar 4
Diagram komunikasi sebagai interaksi (dua arah) dalam pembelajaran


c). Komunikasi sebagai transaksi, atau komunikasi banyak arah. Dalam hal ini komunikasi tidak hanya terjadi antara guru dan siswa tetapi terjadi antara siswa dan siswa. Dalam interaksi ini siswa dituntut lebih aktif dari pada guru. Seperti halnya guru siswa dapat berfungsi sebagai sumber belajar bagi siswa yang lain.









Gambar 5
Diagram komunikasi sebagai transaksi (banyak arah) dalam pembelajaran
Dari bentuk – bentuk kamunikasi tersebut sudah pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing – masing. Sehingga dalam kegiatan belajar mengajar guru dituntut untuk dapat menentukan pilihan yang tepat bentuk komunikasi mana yang akan digunakan agar siswa dapat mencapai hasil belajar yang paling optimal.
Menurut peneliti terkait dengan berbagai bentuk komunikasi / interaksi dalam pembelajaran,maka untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal dalam pembelajaran PKn khususnya mengenai standart kompetensi memahami pelaksanaan demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan, bentuk interaksi yang paling tepat adalah dengan menerapkan pola interakasi transaksi. Alasan peneliti adalah karena dengan penerapan interaksi / komunikasi transaksi dalam pembelajaran keterlibatan siswa tampak lebih optimal, sehingga dengan keterlibatan yang optimal ini siswa akan lebih mudah mendapatkan pemahaman terhadap materi yang sedang dipelajarinya.
Seperti diuraikan di atas bahwa dalam kegiatan belajar mengajar ada dua pelaku selama dalam kegiatan tersebut berlangsung yaitu siswa yang belajar dan guru yang mengajar. Supaya apa yang dilakukan dapat terlaksana dengan baik maka masing – masing pihak harus bisa menempatkan serta memainkan posisinya dengan sebaik – baiknya.
Berikut ini akan diuraikan satu persatu sebagai berikut :

a. Siswa yang belajar:
Dalam kegiatan belajar mengajar siswa menempati posisi sentral / penting karena para siswa itu adalah sebagai subyek sekaligus obyek dalam kegiatan pembelajaran. Sebagai subyek pembelajaran berarti siswa adalah sebagai pelaku utama dalam pembelajaran. Sedangkan sebagai obyek dalam pembelajaran berarti siswa itu menjadi sasaran yang diharapkan akan terjadi perubahan dalam dirinya setelah mengalami proses pembelajaran. Dengan kegiatan belajar ,maka siswa akan dapat mengembangkan segala potensi yang ada pada dirinya seoptimal mungkin yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku dalam kehidupan, sehingga dalam kehidupannya ia akan dapat berkembang lebih baik.
Tingkah laku sebagai hasil dari proses belajar ini dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Yang dimaksud dengan faktor internal yaitu faktor yang terdapat dalam diri individu (siswa) itu sendiri seperti kemampuan yang dimilikinya, minat dan perhatiannya, kebiasaan, minat dan motivasi, serta faktor – faktor yang lainnya. Sedangkan yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah faktor yang berada di luar diri individu (siswa). Dalam proses pendidikan dan pengajaran faktor dari luar ini dapat dibedakan menjadi tiga lingkungan yaitu : lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Diantara ketiga lingkungan tersebut yang paling besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar siswa dalam proses belajar mengajar adalah lingkungan sekolah. Yang dimaksud dengan lingkungan sekolah diantaranya adalah guru, sarana belajar, kurikulum, teman – teman sekelas, disiplin dan peraturan sekolah dan lain – lain. Besarnya pengaruh lingkungan sekolah ini mengingat pada hakekatnya sekolah bagi siswa adalah berfungsi sebagai lingkungan belajar siswa, yaitu lingkungan tempat siswa berinteraksi sehingga menumbuhkan kegiatan belajar pada dirinya.
Mengingat besarnya pengaruh faktor dari dalam (internal) maupun faktor dari luar (eksternal) terhadap proses dan hasil belajar siswa, maka peneliti berpendapat penting bagi guru untuk berupaya keras mengkondisikan berbagai faktor tadi sehingga siswa dapat melaksanakan proses belajar yang baik yang pada akhirnya diharapkan dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Misalnya terkait dengan faktor internal, maka perlu siswa itu diberikan kesempatan seluas – luasnya untuk mengembangkan kemampuannya. Siswa perlu diberikan motivasi untuk menumbuhkan minat dan perhatiannya dalam proses belajar, siswa perlu senantiasa dibiasakan untuk melakukan sesuatu pada saat setiap proses belajar berlangsung dan sebagainya. Demikian pula dengan faktor eksternal terutama yang berkaitan dengan lingkungan sekolah, menurut peneliti juga perlu dikondisikan. Misalnya perlunya guru untuk secara terus menerus berupaya meningkatkan kualitas diri dan profesionalisme dalam melaksanakan tugas khususnya dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, perlunya sekolah untuk secara terus menerus ditingkatkan kelengkapan sarana maupun prasarana yang diperlukan khususnya dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, perlunya disusun perangkat kurikulum yang mantap yang mampu meningkatkan kualitas baik bagi sekolah maupun siswa, perlunya secara terus menerus diupayakan terwujudnya kondisi sekolah dimana semua warga sekolah dengan kesadaran yang tinggi senantiasa mentaati tata tertip sekolah yang telah disepakati sehingga disiplin sekolah dapat ditegakkan dan sebagainya.
Di samping perlu ditingkatkannya berbagai faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa, tidak kalah pentingnya adalah perlu diperhatikannya proses belajar siswa itu sendiri. Hal ini penting mengingat melalui proses belajar itulah para siswa akan berupaya untuk bagaimana menangkap informasi, menyimpan dan mengubah informasi serta bagaimana para siswa mengungkapkan kembali sekaligus memanfaatkan informasi yang telah dimiliki untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya.
Proses belajar pada hakekatnya adalah tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik, yang terjadi dalam diri siswa, dimana perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi kearah yang lebih maju dari pada sebelumnya (Muhibbin Syah : 2001).
Terkait dengan bagaimana siswa melakukan kegiatan belajar, peneliti berpendapat bahwa sebenarnya kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa tersebut adalah merupakan suatu aktivitas yang berproses, artinya aktivitas itu dilakukan melalui tahapan – tahapan tertentu termasuk dalam kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang di dalamnya senantiasa diikuti dengan adanya perubahan – perubahan yaitu baik perubahan perilaku kognitif, afektif maupun psikomotorik.

b. Guru yang mengajar
Dalam kegiatan belajar mengajar guru memiliki posisi sentral mengingat guru adalah sebagai manajer atau pengelola sumber belajar disamping melaksanakan dirinya sebagai sumber belajar. Posisi sentral ini diperankan oleh guru ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung atau pada saat guru mengajar.
Hal penting yang perlu dipahami oleh guru selaku pengelola kegiatan belajar mengajar adalah pemahaman yang benar tentang mengajar. Ada beberapa batasan rumusan mengenai pengertian mengajar, yang terkadang terdapat perbedaan makna antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain. Terjadinya perbedaan pengertian dan makna mengajar tersebut lebih disebabkan karena adanya perkembangan pemikiran dalam memandang arti mengajar.
Para ahli psikologi dan pendidikan misalnya, mereka memberikan batasan atau pengertian mengajar yang berbeda – beda rumusannya karena perbedaan titik pandang terhadap makna atau hakekat mengajar dari segi pelakunya, yakni pengajarnya.
Atas dasar pandangan ini mengajar diartikan menyampaikan ilmu pengetahuan (bahan pelajaran) kepada siswa / anak didik. Batasan atau rumusan ini telah lama dianut kalangan pendidik mulai dari taman kanak – kanak sampai dosen di perguruan tinggi. Guru selalu beranggapan bahwa dirinya merupakan satu – satunya sumber belajar di kelas. Guru merasa sebagai pihak yang paling tahu, paling menentukan siswa, sehingga sering bersikap tidak mau dikalahkan oleh siswa. Guru merasa bahwa tugasnya sebagai pengajar adalah menyampaikan pelajaran kepada siswa, sesudah itu menilai siswa apakah bahan yang disampaikannya telah dipahami atau tidak. Di samping itu juga sering muncul suatu sikap guru yang sering banyak berperan, misalnya : tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau berpendapat, guru senantiasa memborong semua pembicaraan dengan tujuan agar semua bahan dapat diselesaikan dalam waktu tersebut. Guru kurang peduli terhadap sumber – sumber belajar yang ada, karena guru beranggapan bahwa bahan pelajaran telah dikuasainya. Guru sering berasumsi bahwa apabila siswa diam dan menerima pendapat guru, mencatatnya, dan mengangguk – angguk pada waktu guru berbicara atau tidak ada pertanyaan manakala diberi kesempatan bertanya, maka apa yang dilakukannya telah selesai. Di lain pihak ada pula guru yang senang memberikan tugas kepada siswa dalam bentuk membaca buku pada bab tertentu atau menyuruh siswa melakukan diskusi untuk membahas topik tertentu, sementara guru terkadang meninggalkan kelas karena beranggapan bahwa dengan kegiatan seperti itu siswa akan belajar lebih aktif dibandingkan dengan menyampaikan pelajaran melalui ceramah.
Gambaran seperti di atas adalah merupakan gambaran yang keliru tentang posisi dan peranan guru sebagai pengajar yang profesional. Oleh karena itu akhirnya munculah berbagai kritik terhadap pandangan tersebut. Kritik yang paling banyak dilontarkan terhadap rumusan mengajar di atas adalah siswa atau anak didik dianggap sebagai obyek, bukan sebagai subyek. Hal ini berarti siswa dipandang sebagai pihak yang hanya menerima (pasip) apa yang diberikan oleh guru. Sebaliknya peranan guru sangat menentukan, karena seluruh kegiatan belajar mengajar yang sedang berjalan lebih terpusat pada guru. Oleh karena itu pandangan ini sering disebut “berpusat pada guru” (teacher centered) (Nana Sudjana : 2001).
Menurut Ivor K. Davies adanya salah pengertian ini muncul sebagian disebabkan oleh adanya kebingungan dalam menerjemahkan antara pengertian belajar dan mengajar yang sekarang seolah telah menjadi sinonim. Kita cenderung melupakan bahwa hakekat pendidikan adalah belajarnya murid dan mengajarnya guru. Tetapi pada kenyataannya kita telah menciptakan suatu posisi yang istimewa untuk guru di dalam proses pendidikan, dan telah mengabaikan keinginan dan kemampuan murid – murid secara perseorangan untuk menciptakan, menemukan, dan belajar untuk dirinya sendiri (Ivor K. Davies : 1970).
Selanjutnya dari kritikan tersebut berakibat memunculkan pemikiran baru yaitu pemikiran yang melihat mengajar bukan dari sudut pelaku yang mengajar, tetapi dari sudut siswa yang belajar. Mengajar dirumuskan dalam beberapa batasan yang intinya memberikan tekanan kepada kegiatan optimal siswa belajar. Mengajar adalah membimbing kegiatan siswa belajar. Mengajar adalah mengatur dan mengorganisasikan lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat mendorong dan menumbuhkan siswa melakukan kegiatan belajar (Nana Sudjana : 1975).
Dari rumusan mengajar tersebut menunjukkan bahwa disamping berpusat pada siswa yang belajar (student centered), juga melihat hakekat mengajar sebagai proses yang dilakukan oleh guru dalam menumbuhkan kegiatan belajar siswa. Hasil proses mengajar adalah proses belajar, sedangkan proses belajar akan menghasilkan perubahan tingkah laku.






Gambar 6
Diagram mengajar sebagai proses untuk menghasilkan perubahan tingkah laku siswa dalam pembelajaran

Hal ini berarti dalam kegiatan belajar mengajar peranan guru bukan sebagai pengajar, melainkan sebagai pembimbing belajar, pemimpin belajar, fasilitator belajar, moderator belajar, motivator belajar dan evaluator belajar.
Sebagai pembimbing belajar guru bertugas memberikan bantuan kepada siswa agar siswa itu sendiri dapat melakukan kegiatan belajar. Guru bertugas untuk memberikan bantuan kepada siswa dalam belajar mencegah kemungkinan siswa mengalami kesulitan dalam belajarnya.
Sebagai pemimpin belajar berarti guru yang akan menentukan kemana kegiatan siswa akan diarahkan. Guru berkewajiban merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan pengajaran dan mengontrol kegiatan siswa belajar.
Sebagai fasilitator berarti guru harus menyediakan fasilitas, setidak – tidaknya menciptakan kondisi lingkungan yang dapat menjadi sumber bagi siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Guru berkewajiban memberikan kemudahan – kemudahan kepada siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya yang dapat diupayakan dengan berbagai bentuk seperti menyediakan sumber dan alat – alat belajar (buku, alat peraga serta alat belajar yang lainnya), menyediakan waktu yang cukup kepada semua siswa, memberikan bantuan kepada siswa yang memerlukannya, menunjukkan jalan keluar dalam memecahkan masalah yang dihadapi oleh siswa, menengahi perbedaan pendapat yang muncul dari para siswa, tampil sebagai penyelamat manakala masalah tidak dapat dipecahkan oleh siswa. Proses mengajar dalam hal ini lebih diartikan sebagai upaya menumbuhkan kegiatan siswa belajar.
Sebagai moderator belajar berarti guru berperan sebagai pengatur arus kegiatan belajar siswa. Guru menampung persoalan yang diajukan oleh siswa dan mengembalikan lagi persoalan tersebut kepada siswa lain untuk dijawab dan dipecahkannya. Guru berupaya untuk senantiasa mengkondisikan agar siswa aktif memberikan respon terhadap pertanyaan yang diajukan serta bersama siswa melakukan kegiatan menarik kesimpulan atas jawaban masalah sebagai hasil belajar, atas dasar semua pendapat yang telah dibahas dan diajukan oleh siswa.
Sebagai motivator belajar siswa bararti guru sebagai pendorong agar siswa mau melakukan kegiatan belajar. Guru harus bisa menciptakan kondisi kelas yang merangsang siswa melakukan kegiatan belajar, baik dalam kegiatan individual maupun kelompok. Stimulasi atau rangsangan belajar para siswa bisa ditumbuhkan dari dalam diri siswa (motivasi instrinsik) maupun dari luar diri siswa (motivasi ekstrinsik).
Sebagai evaluator belajar siswa berarti guru sebagai penilai obyektif dan komprehensif. Guru berkewajiban mengawasi, memantau proses belajar siswa dan hasil – hasil belajar yang dicapainya. Di samping itu guru berkewajiban melakukan upaya perbaikan proses belajar siswa, menunjukkan kelemahan belajar siswa, dan cara memperbaikinya baik kepada siswa secara perorangan maupun kelompok atau kelas.
Berdasarkan apa yang telah peneliti jelaskan di atas, maka menurut peneliti agar kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan mencapai hasil yang optimal termasuk dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran penting bagi guru untuk dapat menempatkan posisinya sebagai pembimbing belajar, pemimpin belajar, fasilitator belajar, moderator belajar, motivator belajar dan evaluator belajar dalan kegiatan belajar mengajar
Disamping pemahaman terhadap arti mengajar, guru juga perlu mengerti serta memahami tentang posisinya sebagai manager atau pengelola sumber belajar. Hal ini penting karena dengan adanya pengertian dan pemahaman yang benar tentang posisinya sebagai manager atau pengelola sumber belajar maka seorang guru akan mampu lebih optimal untuk mengantarkan para siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Menurut Ivor K. Davies dalam bukunya “Pengelolaan Belajar “ guru sebagai manager memiliki empat fungsi umum yang harus dilakukannya yaitu merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengawasi. Dari ke empat fungsi tersebut supaya ada gambaran yang jelas akan diuraikan satu persatu sebagai berikut :

1) Merencanakan
Artinya pekerjaan guru untuk menyusun tujuan belajar. guru perlu untuk berusaha memecahkan berbagai kesulitan yang mungkin muncul seperti memperkirakan tuntutan, menentukan tujuan menulis silabus kegiatan instruksional, menentukan topik – topik yang harus dipelajari, mengalokasikan waktu yang tersedia, dan menganggarkan sumber – sumber yang diperlukan. Dengan cara seperti ini guru berusaha untuk menjembatani jurang antara di mana murid berada dan kemana mereka harus pergi (menuju tujuan yang hendak dicapai). Pada fungsi ini guru dituntut untuk memiliki pemikiran yang kreatif dan imaginatif.

2) Mengorganisasikan
Artinya pekerjaan guru untuk mengatur dan menghubungkan sumber – sumber belajar, sehingga dapat mewujudkan tujuan belajar dengan cara yang paling efektif, efisen, dan seekonomis mungkin. Dengan fungsi mengorganisasi ini guru harus berusaha untuk menciptakan secara sengaja suatu lingkungan belajar dan pendelegasian tanggung jawab dalam rangka mewujudkan tujuan program pendidikan dan latihan yang telah direncanakan. Guru berusaha untuk mengorganisasikan atau mengatur sumber – sumber belajar yang merupakan alat atau sarana untuk mencapai apa yang harus diselesaikan. Guru harus berusaha bagaimana caranya supaya semua siswa / anak didik menjadi lebih mudah bekerja atau belajar bersama.

3) Memimpin
Artinya pekerjaan guru adalah untuk memotivasi, mendorong, dan menstimulasikan murid – muridnya, sehingga mereka akan siap untuk mewujudkan tujuan belajar. Dalam fungsi memimpin ini guru perlu berusaha begaimana caranya agar setiap murid dapat termotvasi dan terdorong untuk menerima dan melatih tangung jawab untuk belajar mandiri.

4) Mengawasi
Artinya pekerjaan guru adalah untuk menentukan apakah fungsinya dalam mengorganisasikan dan memimpin itu telah berhasil dalam mewujudkan tujuan yang telah dirumuskan. Jika tujuan belum dapat diwujdkan, maka guru harus menilai dan mengatur kembali situasinya dan bukannya mengubah tujuannya. Dengan fungsi ini guru dituntut untuk mengusahakan peristiwa – peristiwa yang sesuai dengan rencana. Dengan pengawasan yang dilakukan, maka guru akan mampu memonitor kemajuan yang telah dicapai, dapat mengetahui kemungkinan munculnya penyimpangan sekaligus menentukan upaya perbaikan atau jalan keluar untuk menuju kearah yang hendak dituju.
Sesuai dengan visi, misi, tujuan serta cakupan kompetensi pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, keempat fungsi guru di atas menurut peneliti perlu dimiliki dan diperankan dengan sebaik – baiknya oleh guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaran. Guru dalam rangka melaksanaan kegiatan pembelajaran harus merancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan dan sumber belajar yang lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Hal ini akan dapat diwujudkan melalui pendekatan pembelajaran yang bervareasi dan berpusat pada peserta didik, satu diantara sekian banyak pendekatan dan metode pembelajaran yang bisa dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menerapkan permainan simulasi.
Beberapa hal yang perlu dilakukan oleh guru terkait dengan pengembangan kegiatan pebelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan menerapkan permainan simulasi adalah harus memenuhi lima kriteria yaitu 1). kegiatan pembelajaran harus disusun berdasarkan atas satu tuntutan kompetensi dasar secara utuh. 2) kegiatan pembelajaran harus memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar. 3). kegiatan pembelajaran harus berpusat pada siswa (student centered). Guru harus selalu berpikir kegiatan apa yang bisa dilakukan agar siswa memiliki kompetensi yang telah ditetapkan. 4). materi kegiatan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan. 5). perumusan kegiatan pembelajaran harus jelas memuat materi yang harus dikuasai untuk mencapai kompetensi dasar.

B. Kerangka Berfikir
Berdasarkan kajian teori di atas maka dalam penelitian ini kerangka berfikir yang akan dikembangkan peneliti adalah seperti diagram berikut ini:



















Gambar 7
Skema Kerangka Berfikir
Dari diagram skema kerangka berfikir di atas maka dapat peneliti jelaskan sebagai berikut :
Berdasarkan kenyataan dilapangan bahwa dalam pembelajaran Pendidikan Kewargenegaraan bagi siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Randublatung Pada Semester I Tahun 2007 / 2008 hasil belajar siswa masih rendah. Rendahnya hasil belajar siswa ini menurut peneliti disebabkan karena guru belum menerapkan metode pembelajaran yang dapat mengoptimalkan keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran misalnya dengan menerapkan metode permainan simulasi.
Untuk itu agar hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dapat meningkat, maka menurut peneliti diperlukan adanya tindakan di dalam kelas yaitu dengan cara menerapkan metode pembelajaran permainan simulasi. Penerapan permainan simulasi dalam pembelajaran PKn yang akan dilakukan oleh peneliti meliputi dua siklus yaitu pada siklus I dilakukan dengan cara menerapkan permainan simulasi dalam pembelajaran pada kelompok besar (klasikal), sedangkan pada siklus II permainan simulasi dalam pembelajaran dilakukan pada kelompok kecil.
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas maka diduga bahwa dengan menerapkan permainan simulasi dalam pembelajaran PKn akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn untuk standar kompetensi memahami pelaksanaan demokrasi dlam berbagai aspek kehidupan.

C. Hipotesa Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas dapat diabil hipotesis tindakan sebagai berikut : melalui penerapan permainan simulasi dalam proses pembelajaran akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk standar kompetensi memahami pelaksanaan demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan..

















BAB III
METODOLOGI PENELITIAN


A. Setting Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan peneliti selama satu semester atau enam bulan yaitu mulai bulan Desember 2007 sampai dengan Mei 2008. Dalam bulan pertama yaitu bulan Desember 2007 digunakan untuk menyusun proposal. bulan ke dua yaitu bulan Januari 2008 digunakan untuk menyusun instrumen penelitian. Bulan ke tiga yaitu bulan Pebruari 2008 mengumpulkan data berupa tindakan kelas pada siklus I dan siklus II. Bulan ke empat yaitu bulan Maret 2008 digunakan untuk melakukan analisis data. Bulan ke lima yaitu pada bulan April 2008 digunakan untuk menyusun pembahasan hasil penelitian, dan pada bulan ke enam yaitu pada bulan Mei 2008 digunakan untuk menyusun laporan hasil penelitian. Selanjutnya supaya lebih rinci mengenai waktu penelitian akan ditampilkan seperti tabel berikut ini.











Tabel 1
Jadwal Kegiatan Penelitian


No.
Uraian Kegiatan Bulan
1 (Des’07) 2 (Jan’08 3 (Peb’08 4 (Mar’08) 5 (Aprl’08) 6 (Mei’08
1. Menyusun Proposal
2. Menyusun Instrumen Penelitian

No.
Uraian Kegiatan Bulan
1 (Des’07) 2 (Jan’08 3 (Peb’08 4 (Mar’08) 5 (Aprl’08) 6 (Mei’08
3. Pengumpmpulan data melalui tindakan :
a. Siklus I
b. Siklus II
4. Analisis Data
5. Menyusun pembahasan hasil penelitian
6. Menyusun laporan hasil penelitian

Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan pada bulan Pebruari 2008 dengan pertimbangan karena untuk menyesuaikan dengan kalender pendidikan yang dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah untuk tahun pelajaran 2007 / 2008, dimana pada bulan Pebruari 2008 adalah termasuk waktu hari – hari efektif sekolah sekaligus waktu yang akan digunakan untuk materi pelajaran yang menjadi obyek penelitian yaitu standar kompetensi memahami pelaksanaan demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan. Dengan pertimbangan tersebut maka diharapkan akan memudahkan pelaksanaan penelitian terutama dalam pengumpulan data penelitian.

2. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan oleh peneliti di Kabupaten Blora. Di Kabupaten Blora itu terdapat empat belas kecamatan, dalam penelitian ini tidak akan dilakukan pada semua wilayah kecamatan di Kabupaten Blora tersebut, tetapi hanya akan dilaksanakan di wilayah kecamatan Randublatung, Kabupaten Blora. Sedangkan di wilayah kecamatan Randublatung Kabupaten Blora itu terdapat empat sekolah (SMP) negeri dan delapan sekolah (SMP / MTs) swasta. Dalam penelitian ini tidak akan dilakukan pada semua sekolah tersebut, namun hanya akan dilaksanakan pada SMP Negeri 1 Randublatung, Kabupaten Blora. Di SMP Negeri 1 Randublatung Kabupaten Blora itu terdapat dua puluh dua kelas, dalam penelitian ini tidak akan dilaksanakan pada semua kelas namun hanya akan dilaksanakanoleh peneliti pada siswa kelas VIIIA.
Alasan penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII A SMP Negeri 1 Randublatung Kabupaten Blora adalah karena siswa yang hasil belajarnya rendah untuk mata pelajaran PKn adalah ada pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Randublatung Kabupaten Blora tersebut. Disamping alasan tersebut karena berdasarkan Surat Keputusan Kepala SMP Negeri 1 Randublatung mengenai Pembagian Tugas Mengajar Tahun 2007 / 2008 peneliti juga mengajar pada kelas VIIIA SMP Negeri 1 Randublatung tersebut.

B. Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini mengambil subyek penelitian yaitu kelas VIII A SMP Negeri 1 Randublatung Kabupaten Blora yang terdiri dari 25 siswa putri dan 15 anak siswa putra.

C. Sumber Data
Dalam penelitian ini mengenai sumber data penelitian yang akan dipilih oleh peneliti yaitu sumber data primer yaitu data yang diperoleh adalah berasal dari subyek penelitian (siswa kelas VIIIA SMP Negeri 1 Randublatung Kabupaten Blora). Data primer yang berasal dari subyek penelitian dalam penelitian ini adalah yang berupa nilai siswa baik nilai sebelum adanya tindakan kelas (kondisi awal), nilai setelah adanya tindakan pada siklus I, maupun nilai setelah adanya tindakan pada siklus II (kondisi akhir).

D. Teknik dan Alat Pengumpul Data
Untuk kepentingan pengumpulan data, dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan teknik dan alat pengumpul data sebagai berikut:


1. Teknik Pengumpul Data
Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan teknik pengumpul data dengan melalui teknik tes. Adapun teknis tes yang akan digunakan adalah teknik tes tertulis.

2. Alat Pengumpul Data
Alat pengumpul data yang akan digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan teknik pengumpul data yang telah peneliti pilih yaitu teknik tes, maka dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan alat pengumpul data berupa soal – soal ulangan dengan bentuk soal uraian. Pada siklus I jumlah item soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 7 (tujuh) soal sedangkan pada siklus II sebanyak 5 (lima) soal

E. Validasi Data
Agar dalam penelitian ini diperoleh data yang valid, maka perlu diadakan upaya validasi data. Untuk kepentingan validasi data dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan validitas teoritik dan validitas empirik untuk mendapatkan data kuantitatif yaitu berupa nilai siswa. Validitas teoritik akan dilakukan peneliti yang meliputi beberapa kegiatan seperti 1) penyusunan kisi – kisi soal, 2) penyusunan soal, 3)penyusunan kunci jawaban dan 4) penyusunan norma penilaian.





F. Analisis Data
Untuk kepentingan analisa data, dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan teknik analisa diskriptip komparatif, hal ini mengingat karena data yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah berupa data kuantitatif.
Data kuantitatif dari penelitian ini adalah berupa nilai tes yaitu nilai kondisi awal, nilai tes setelah siklus I dan nilai tes setelah siklus II. Untuk analisa data kuantitatif teknik analisa diskriptip komparatif akan dilakukan dengan cara 1) membandingkan nilai tes kondisi awal dengan nilai tes setelah siklus I, 2) membandingkan nilai tes setelah siklus I dengan nilai tes setelah siklus II, dan 3) membandingkan nilai tes kondisi awal dengan nilai tes setelah siklus II.

G. Prosedur Penelitian
Agar pelaksanaan penelitian ini dapat berjalan dengan baik serta mendapatkan hasil sesuai yang diinginkan maka perlu ditentukan prosedur penelitian secara jelas. Dalam penelitian ini peneliti akan melaksanakan penelitian dengan prosedur penelitian untuk setiap siklus tediri dari empat tahapan yaitu 1) planing, 2) acting, 3) observing dan 4) reflecting. Untuk lebih jelasnya dari masing – masing tahapan tersebut akan peneliti uraikan sebagai berikut :
1) Siklus I
Untuk siklus I dalam penelitian ini masing – masing tahapan dapat peneliti jelaskan sebagai berikut :

a) planing
Yaitu merencanakan pelaksanaan penelitian untuk siklus I yang meliputi apersepsi, kegiatan inti dan penutup. Apersepsi akan dilakukan dengan cara menyiapkan kondisi kelas untuk kepentingan pembelajaran, menjelaskan tujuan pembelajaran serta menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan siswa dalam pembelajaran (teknik permainan simulasi).
Kegiatan inti akan dilakukan dengan cara melaksanakan kegiatan permainan simulasi klasikal, membuat kesimpulan dari kegiatan permainan simulasi terkait dengan materi pembelajaran. Kegiatan penutup dalam penelitian ini akan dilakukan dengan cara melaksanakan kegiatan evaluasi untuk mengetahui hasil yang dicapai dari kegiatan pembelajaran setelah adanya tindakan siklus I dan selanjutnya memberikan tugas kepada siswa untuk menyiapkan segala sesuatu yang nanti akan dilaksanakan untuk pertemuan berikutnya (pelaksanaan siklus II) serta mengakhiri pelajaran.

b) acting
yaitu dengan melaksanakan segala apa yang telah direncanakan mulai dari apersepsi, melaksanakan permainan simulasi secara klasikal sampai dengan evaluasi.



c) observing
yaitu melaksanakan kegiatan observasi terhadap pelaksanaan penelitian yang dalam hal ini akan dilakukan oleh peneliti sendiri Untuk pelaksanaan observasi peneliti akan melaksanakan observasi terhadap segala kegiatan siswa selama pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan antara lain terhadap hal – hal yang berkaitan dengan akifitas siswa dalam pembelajaran termasuk terhadap hasil evaluasi.
Dengan pelaksanaan observasi ini diharapkan akan mendapatkan data yang akurat mengenai kegiatan siswa dan data hasil evaluasi, yang akan dijadikan sebagai bahan untuk membandingkan sekaligus mendiskripsikan data tersebut terhadap data kondisi awal maupun data setelah pelaksanaan tindakan pada siklus II.

d) reflecting
yaitu melaksanakan kegiatan refleksi terhadap apa yang telah dilakukan dalam penelitian (pembelajaran dengan permainan simulasi). Kegiatan refleksi ini dilakukan dengan cara melakukan evaluasi terhadap segala apa yang telah dilaksanakan dalam kegiatan penelitian setelah tindakan siklus I selesai sekaligus membuat kesimpulan berdasarkan data yang telah diperoleh. Dengan kegiatan refleksi ini maka akan dapat diketahui perkembangan kemajuan siswa dibandingkan dengan kondisi awal sebelum dilaksnakan tindakan siklus I.

2) Siklus II
Untuk siklus II dalam penelitian ini seperti halnya pada siklus I terdapat empat tahapan yang dapat peneliti jelaskan sebagai berikut :

a) planing
Yaitu merencanakan pelaksanaan penelitian untuk siklus II yang meliputi apersepsi, kegiatan inti dan penutup. Apersepsi akan dilakukan dengan cara menyiapkan kondisi kelas untuk kepentingan pembelajaran, menjelaskan tujuan pembelajaran serta menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan siswa dalam pembelajaran (teknik permainan simulasi).
Kegiatan inti akan dilakukan dengan cara melaksanakan kegiatan permainan simulasi dalam kelompok kecil, dan membuat kesimpulan dari kegiatan permainan simulasi terkait dengan materi pembelajaran. Kegiatan penutup dalam penelitian ini akan dilakukan dengan cara melaksanakan kegiatan evaluasi untuk mengetahui hasil yang dicapai dari pembelajaran setelah adanya tindakan siklus II dan mengakhiri pelajaran.



b) acting
yaitu dengan melaksanakan segala apa yang telah direncanakan mulai dari apersepsi, melaksanakan permainan simulasi dalam kelompok kecil sampai dengan evaluasi.

c) observing
yaitu melaksanakan kegiatan observasi terhadap pelaksanaan penelitian yang dalam hal ini akan dilakukan oleh peneliti sendiri dan teman sejawat selama pelaksanaan tindakan siklus II. Untuk pelaksanaan observasi peneliti akan melaksanakan observasi terhadap segala kegiatan siswa selama pembelajaran berlangsung, sedangkan teman sejawat akan melaksanakan observasi terhadap seluruh siswa maupun guru / peneliti dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran (permainan simulasi).
Observasi dilakukan antara lain terhadap hal – hal yang berkaitan dengan akifitas siswa dan guru dalam pembelajaran termasuk terhadap hasil evaluasi (dilakukan oleh teman sejawat), sedangkan observasi yang dilakukan oleh guru / peneliti terutama adalah terhadap aktifitas siswa dalam kegiatan pembelajaran serta hasil evaluasi.
Dengan pelaksanaan observasi ini diharapkan akan mendapatkan data yang akurat mengenai kegiatan siswa dan guru dalam pembelajaran (permainan simulasi) dan data hasil evaluasi, yang akan dijadikan sebagai bahan untuk membandingkan sekaligus mendiskripsikan data tersebut terhadap data kondisi awal maupun data setelah pelaksanaan tindakan pada siklus I.

d) reflecting
yaitu melaksanakan kegiatan refleksi terhadap apa yang telah dilakukan dalam penelitian (pembelajaran dengan permainan simulasi). Kegiatan refleksi ini dilakukan dengan cara melakukan evaluasi terhadap segala apa yang telah dilaksanakan dalam kegiatan penelitian setelah tindakan siklus II selesai sekaligus membuat kesimpulan berdasarkan data yang telah diperoleh. Dengan kegiatan refleksi ini maka akan dapat diketahui perkembangan kemajuan siswa setelah adanya tindakan penelitian siklus II dibandingkan dengan kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan siklus I dan kemajuan yang dicapai setelah adanya tindakan penelitian pada siklus I.









BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Diskripsi Kondisi Awal
Sebagai gambaran kondisi awal dapat peneliti jelaskan di sini bahwa dari hasil analisis yang peneliti lakukan di lapangan, peneliti berpendapat bahwa kegiatan belajar mengajar yang peneliti lakukan selama ini diwarnai oleh beberapa hal yaitu 1). siswa kurang terlibat secara optimal dalam proses pembelajaran, 2) masih kurangnya penggunaan media pembelajaran, 3) belum diterapkannya metode pembelajaran yang tepat.
Sebagai akibatnya dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang peneliti lakukan, suasana pembelajaran yang terjadi adalah 1).siswa cenderung bersikap pasip, 2). siswa kurang bersemangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, 3). guru lebih mendominasi kegiatan belajar mengajar, serta 4) dari penilaian yang telah peneliti lakukan selama ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa masih rendah. Sebagai indikator hasil belajar siswa yang masih rendah dapat peneliti jelaskan di sini yaitu nilai rata – rata dari tiga kali penilaian yang peneliti lakukan semuanya masih di bawah nilai batas tuntas. Disamping itu bila dilihat dari nilai siswa secara perorangan, dari tiga kali penilaian yang peneliti lakukan semuanya lebih dari 30 % jumlah siswa di kelas VIII A SMP Negeri 1 Randublatung Kabupaten Blora pada semester I tahun 2007/2008 masih belum mencapai batas tuntas. Demikian pula apabila dilihat dari nilai rata – ratanya dari tiga kali penilaian yang peneliti lakukan menunjukkan masih di bawah standart ketuntasan. Untuk lebih jelasnya dapat dibaca dalam tabel nilai berikut ini.
Tabel 2
Prosentase Jumlah Siswa yang Tuntas Dalam Penilaian Semester I


No.
Uraian Prosentase
Tuntas Tidak Tuntas
1. Ulangan Harian I 47% 53%
2. Ulangan Harian II 15% 85%
3. Ulangan Harian III 22% 78%

Tabel 3
Daftar Nilai Tertinggi, Terendah dan Rata – Rata Dalam Penilaian Semester I


No.
Uraian Nilai
Terendah Tertinggi Rata-rata Batas Tuntas
1. Ulangan Harian I 14 100 63 64
2. Ulangan Harian II 8 80 34 64
3. Ulangan Harian III 36 81 54 64


B. Diskripsi Siklus I
Untuk mendapatkan gambaran pada siklus I, maka dalam penelitian ini akan peneliti uraikan beberapa hal sebagai berikut :


1. Perencanaan Tindakan
Mengenai perencanaan tindakan pada siklus I dalam penelitian ini yang peneliti lakukan terdiri atas kegiatan yaitu apersepsi, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
Apersepsi dilakukan dengan cara menyiapkan kondisi kelas untuk kepentingan pembelajaran yang meliputi seting kelas untuk kepentingan permainan simulasi, menjelaskan tujuan pembelajaran serta menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan siswa dalam pembelajaran (teknik permainan simulasi). Gambar 8 dan gambar 9 di bawah ini adalah gambaran suasana kelas untuk persiapan permainan simulasi secara klasikal.

Gambar 8
Suasana kelas untuk persiapan pelaksanaan kegiatan permainan simulasi
(Sebelum pembentukan kelompok bermain)


Gambar 9
Suasana kelas untuk persiapan pelaksanaan kegiatan permainan simulasi
(Pembentukan kelompok bermain simulasi)

Kegiatan inti yang peneliti lakukan adalah dengan cara melaksanakan kegiatan permainan simulasi klasikal, membuat kesimpulan dari kegiatan permainan simulasi terkait dengan materi pembelajaran. Dalam permainan simulasi selama kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini permainan dipimpin oleh salah seorang siswa dalam kelas tersebut dan permainan mulai dilaksanakan setelah peneliti yakin bahwa setelah diberikan penjelasan mengenai pelaksanaan kegiatan permainan simulasi siswa merasa mampu untuk melaksanakan dengan baik. Untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan metode pembelajaran melaksanakan permainan simulasi, media yang peneliti gunakan dalam kegiatan belajar mengajar dalam penelitian ini adalah berupa perangkat permainan simulasi yang terdiri dari beberan, gacu / tanda peserta, dadu sebagai alat untuk memainkan gacu dan kartu merah putih yang berisi pesan atau pertanyaan. Setelah permainan selesai guru tidak memberikan penekanan terhadap materi – materi pelajaran yang ditemui dan perlu dikuasai oleh siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran, namun langsung bersama siswa membuat kesimpulan. Gambar 10 di bawah adalah suasana permainan simulasi secara klasikal.

Gambar 10
Suasana kelas melaksanaan kegiatan permainan simulasi
Kegiatan penutup dalam penelitian ini akan dilakukan dengan cara melaksanakan kegiatan evaluasi untuk mengetahui hasil yang dicapai dari kegiatan pembelajaran setelah adanya tindakan siklus I dan selanjutnya memberikan tugas kepada siswa untuk menyiapkan segala sesuatu yang nanti akan dilaksanakan untuk pertemuan berikutnya (pelaksanaan siklus II) yaitu untuk mempelajari materi pelajaran berikutnya serta mengakhiri pelajaran.

2. Pelaksanaan Tindakan
Mengenai pelaksanaan tindakan pada siklus I dalam penelitian yang dilakukan peneliti adalah guru / peneliti memerintahkan kepada siswa untuk melakukan kegiatan permainan simulasi secara klasikal setelah sebelumnya diberikan penjelasan mengenai teknik permainan simulasi.
Permainan simulasi dalam kegiatan belajar mengajar tersebut dilakukan oleh siswa sesuai dengan tahapan permainan simulasi yaitu : a. menyediakan / menyiapkan alat permainan yang sebelumnya telah peneliti siapkan, b. menunjuk seorang siswa sebagai fasilitator untuk memfasilitasi dan membimbing jalannya permainan, c.fasilitator mengucapkan salam, d. fasilitator menentukan topik permainan sesuai dengan pokok materi yang akan dibahas dalam kegiatan belajar mengajar / permainan simulasi yaitu hakekat demokrasi, e. berdoa awal, f. membacakan teks Pancasila dan diikuti oleh semua peserta didik / siswa, g. fasilitator memimpin musyawarah untuk menentukan aturan permainan seperti : 1).lamanya permainan pada siklus I untuk pertemuan I disepakati oleh para siswa dengan menghabiskan waktu dari mulai permainan hingga waktu jam pelajar habis / ganti pelajaran, 2).apakah semua pesan / pertanyaan harus terjawab ataukah tidak dalam hal ini karena yang digunakan ukuran selesainya permainan adalah waktu maka tidak dipermasalahkan bila semua pesan belum terjawab, d) bagaimana dengan adanya ruang kosong (apa yang harus dilakukan peserta bila sampai pada ruang kosong dalam hal ini yang dilakukan oleh para siswa sesuai dengan kesepakatan adalah dengan menyanyi yaitu lugunya Iwan Fals berjudul surat buat wakil rakyat atau lagu dengan judul pemilihan umum, 8). pelaksanaan permainan 9). doa penutup.
Gambar 11 di bawah ini adalah menggambarkan suasana pelaksanaan permainan simulasi, dimana salah satu kelompok pemain simulasi sedang melaksanakan dan menjawab salah satu pesan dalam permainan.

Gambar 11
Susana kelas sedang melaksanakan permainan simulasi


3. Hasil Pengamatan
Mengenai hasil pengamatan yang akan peneliti sampaikan pada penelitian ini adalah hasil pengamatan berupa hasil belajar siswa selama pelaksanaan siklus I. Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan dapat peneliti jelaskan bahwa dari hasil penilaian yang peneliti lakukan pada siklus I ternyata masih belum banyak meningkatkan hasil pembelajaran. Sebagai gambaran mengenai hasil belajar siswa pada siklus I tercatat nilai rata – ratanya adalah 63 (enam puluh tiga), nilai teringgi 100 (seratus), dan nilai terendah adalah 13 (tiga belas). Sedangkan jumlah siswa yang mampu mencapai batas tuntas (nilai 64 atau lebih) adalah sebanyak 20 (dua puluh) siswa yang berarti 50 % dari seluruh siswa yang ada di kelas VIII A SMP Negeri 1 Randublatung Tahun 2007 / 2008. Untuk lebih jelasnya mengenai gambaran hasil belajar siswa pada siklus I berturut – turut dapat dibaca dalam tabel dan gambar di bawah ini.
Tabel 4
Nilai Hasil Ulangan Harian Siklus I

No. Interval Frekwensi
1. 10 – 29 7
2. 30 – 49 9
3. 50 - 69 5
4. 70 - 100 19
Jumlah Siswa 40

Dari tabel di atas apabila di buat dalam diagram batang akan tampak seperti gambar di bawah ini :











Selanjutnya untuk mendapatkan gambaran secara lengkap mengenai nilai hasil ulangan pada siklus I untuk siswa secara keseluruhan, akan penulis tampilkan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 5
Nilai hasil ulangan harian setiap siswa / responden pada siklus I

No. No.Responden Nilai
1. 1 88
2. 2 21
3. 3 54
4. 4 71
5. 5 79
6. 6 92
7. 7 88
No. No.Responden Nilai
8. 8 75
9. 9 100
10. 10 100
11. 11 79
12 12 38
13. 13 38
14. 14 21
15. 15 88
16. 16 25
17. 17 42
18. 18 13
19. 19 58
20. 20 46
21. 21 38
22. 22 100
23. 23 100
24. 24 96
25. 25 96
26. 26 58
27. 27 33
28. 28 46
29. 29 67
30. 30 46
31. 31 46
32. 32 79
33. 33 88
34. 34 96
35. 35 13
36. 36 25
37. 37 13
38. 38 92
39. 39 50
40. 40 100
Jumlah 2498

Selanjutnya untuk mendapatkan nilai rata – rata dari hasil ulangan harian siklus I, peneliti melakukan perhitungan dengan menggunakan formula sebagai berikut :
∑ X
__
X = __________________
n
Keterangan :
__
X : Nilai Rata – rata
∑ X : Jumlah nilai siswa keseluruhan = 2498
N : Jumlah siswa = 40
Dari formula di atas maka dapat dihitung nilai rata – rata siswa pada siklus I sebagai berikut :
2498
Nilai rata – rata = ___________________
40

Nilai rata – rata = 63

4. Refleksi
Selanjutnya untuk dapat mengetahui perkembangan kemajuan siswa setelah kegiatan pembelajaran pada siklus I berakhir, maka diadakan kegiatan refleksi. Kegiatan refleksi ini dilakukan dengan cara melakukan evaluasi terhadap segala apa yang telah dilaksanakan dalam kegiatan penelitian setelah tindakan siklus I selesai sekaligus membuat kesimpulan berdasarkan data yang telah diperoleh. Untuk kepentingan refleksi ini, kegiatan yang dilakukan peneliti adalah dengan cara membandingkan kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan siklus I dengan kondisi setelah dilaksanakannya tindakan siklus I.
Terkait dengan kegiatan refleksi, di sini peneliti akan melakukan refleksi terhadap dua hal yaitu refleksi terhadap tindakan dan yang kedua adalah refleksi terhadap hasil pengamatan. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas berikut peneliti akan menjelaskan kegiatan refleksi sebagai berikut :
a. Tindakan
Kodisi Awal Siklus I
Peneliti belum melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan permainan simulasi. Peneliti sudah melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan permainan simulasi secara klasikal.

b. Hasil Pengamatan.
Kondisi Awal Siklus I
1. Hasil Belajar :
Rata – rata : 51 Rata – rata : 63
Meningkat : 12
= 12/51 X 100% = 23,53 %
2. Hasil Pengamatan
Kondisi Awal Setelah Tindakan :
a. Keaktifan siswa dalam pembelajaran kurang a. Siswa tampak lebih aktif dalam pembelajaran walaupun belum optimal
b. Berarti proses meningkat


C. Diskripsi Siklus II
Untuk mendapatkan gambaran pada siklus II, maka dalam penelitian ini akan peneliti uraikan beberapa hal sebagai berikut :
1. Perencanaan Tindakan
Mengenai perencanaan tindakan pada siklus II dalam penelitian ini yang peneliti lakukan seperti halnya pada siklus I terdiri atas kegiatan yaitu apersepsi, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
Apersepsi dilakukan dengan cara menyiapkan kondisi kelas untuk kepentingan pembelajaran yang meliputi seting kelas untuk kepentingan permainan simulasi dalam kelompok kecil (dua) kelompok bermain, menjelaskan tujuan pembelajaran serta menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan siswa dalam pembelajaran (teknik permainan simulasi). Gambar 13 di bawah ini adalah gambaran suasana kelas untuk persiapan permainan simulasi dalam kelompok kecil.

Gambar 13
Suasana kelas untuk persiapan pelaksanaan kegiatan permainan simulasi
(Suasana pembentukan kelompok bermain)
Kegiatan inti yang peneliti lakukan adalah dengan cara melaksanakan kegiatan permainan simulasi dalam kelompok kecil, membuat kesimpulan dari kegiatan permainan simulasi terkait dengan materi pembelajaran. Dalam permainan simulasi selama kegiatan belajar mengajar pada siklus II ini permainan dari masing – masing kelompok bermain dipimpin oleh salah seorang siswa dalam kelas tersebut. Tiap – tiap kelompok bermain melibatkan sebanyak 4 (empat) siswa dari masing – masing kelompok belajar dalam kelas tersebut, dimana di dalam kelas itu terdapat 5 kelompok belajar yang keanggotannya tetap. Permainan simulasi mulai dilaksanakan setelah peneliti yakin bahwa setelah diberikan penjelasan mengenai pelaksanaan kegiatan permainan simulasi siswa merasa mampu untuk melaksanakan dengan baik. Untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan metode pembelajaran melaksanakan permainan simulasi pada siklus II, media yang peneliti gunakan dalam kegiatan belajar mengajar dalam penelitian ini adalah dua perangkat bermain simulasi yaitu masing – masing berupa beberan, gacu / tanda peserta, dadu sebagai alat untuk memainkan gacu dan kartu merah putih yang berisi pesan atau pertanyaan. Setelah permainan selesai guru memberikan penekanan terhadap materi – materi pelajaran yang ditemui dan perlu dikuasai oleh siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran, selanjutnya bersama siswa membuat kesimpulan. Gambar 14 di bawah adalah suasana permainan simulasi dalam kelompok kecil.


Gambar 14
Suasana kelas melaksanaan kegiatan permainan simulasi
(Dalam kelompok kecil)

Kegiatan penutup dalam penelitian ini akan dilakukan dengan cara melaksanakan kegiatan evaluasi untuk mengetahui hasil yang dicapai dari kegiatan pembelajaran setelah adanya tindakan siklus II serta mengakhiri pelajaran.

2. Pelaksanaan Tindakan
Mengenai pelaksanaan tindakan pada siklus II dalam penelitian yang dilakukan peneliti adalah guru / peneliti memerintahkan kepada siswa untuk melakukan kegiatan permainan simulasi dalam kelompok kecil (terbagi dalam dua kelompok bermain) setelah sebelumnya diberikan penjelasan mengenai teknik permainan simulasi.
Permainan simulasi dalam kegiatan belajar mengajar tersebut dilakukan oleh siswa sesuai dengan tahapan permainan simulasi yaitu : a. menyediakan / menyiapkan alat permainan yang sebelumnya telah peneliti siapkan, b. menunjuk seorang siswa untuk masing – masing kelompok bermain sebagai fasilitator untuk memfasilitasi dan membimbing jalannya permainan, c.fasilitator mengucapkan salam, d. fasilitator menentukan topik permainan sesuai dengan pokok materi yang akan dibahas dalam kegiatan belajar mengajar / permainan simulasi yaitu Pentingnya demokrasi dalam kehidupan, e. berdoa awal, f. membacakan teks Pancasila dan diikuti oleh semua peserta didik / siswa, g. fasilitator memimpin musyawarah untuk menentukan aturan permainan seperti : 1).lamanya permainan pada siklus II untuk pertemuan I disepakati oleh para siswa dengan menghabiskan waktu dari mulai permainan hingga waktu jam pelajar habis / ganti pelajaran, 2).apakah semua pesan / pertanyaan harus terjawab ataukah tidak dalam hal ini karena yang digunakan ukuran selesainya permainan adalah waktu maka tidak dipermasalahkan bila semua pesan belum terjawab, d) bagaimana dengan adanya ruang kosong (apa yang harus dilakukan peserta bila sampai pada ruang kosong dalam hal ini yang dilakukan oleh para siswa sesuai dengan kesepakatan adalah dengan menyanyi yaitu lugunya Iwan Fals berjudul surat buat wakil rakyat atau lagu dengan judul pemilihan umum, 8). pelaksanaan permainan 9). doa penutup.


3. Hasil Pengamatan
Mengenai hasil pengamatan yang akan peneliti sampaikan pada penelitian ini adalah hasil pengamatan berupa hasil belajar siswa selama pelaksanaan siklus II. Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan dapat peneliti jelaskan bahwa dari hasil penilaian yang peneliti lakukan pada siklus II ternyata telah menunjukkan adanya peningkatkan yang cukup besar mengenai hasil pembelajaran. Sebagai gambaran mengenai hasil belajar siswa pada siklus II tercatat nilai rata – ratanya adalah 82 (delapan puluh dua), nilai teringgi 100 (seratus), dan nilai terendah adalah 43 (empat puluh tiga). Sedangkan jumlah siswa yang mampu mencapai batas tuntas (nilai 64 atau lebih) adalah sebanyak 34(tiga puluh empat) siswa yang berarti 85 % dari seluruh siswa yang ada di kelas VIII A SMP Negeri 1 Randublatung Tahun 2007 / 2008. Untuk lebih jelasnya mengenai gambaran hasil belajar siswa pada siklus II berturut – turut dapat dibaca dalam tabel dan gambar di bawah ini.
Tabel 6
Nilai Hasil Ulangan Harian Siklus II
No. Interval Frekwensi
1. 10 – 29 -
2. 30 – 49 3
3. 50 - 69 3
4. 70 - 100 34
Jumlah Siswa 40

Dari tabel di atas apabila di buat dalam diagram batang akan tampak seperti gambar di bawah ini :

Selanjutnya untuk mendapatkan gambaran secara lengkap mengenai nilai hasil ulangan pada siklus II untuk siswa secara keseluruhan, akan penulis tampilkan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 7
Nilai hasil ulangan harian setiap siswa / responden pada siklus II

No. No.Responden Nilai
1. 1 43
2. 2 71
3. 3 86
4. 4 50
5. 5 93
6. 6 64
No. No.Responden Nilai
7. 7 100
8. 8 93
9. 9 100
10. 10 100
11. 11 93
12. 12 86
13. 13 93
14. 14 43
15. 15 100
16. 16 100
17. 17 79
18. 18 71
19. 19 50
20. 20 86
21. 21 71
22. 22 100
23. 23 100
24. 24 100
25. 25 86
26. 26 93
27. 27 79
28. 28 79
29. 29 71
30. 30 75
31. 31 50
32. 32 100
33. 33 93
34. 34 100
35. 35 57
36. 36 71
37. 37 43
38. 38 100
39. 39 71
40. 40 100
Jumlah 3240

Selanjutnya untuk mendapatkan nilai rata – rata dari hasil ulangan harian siklus II, peneliti melakukan perhitungan dengan menggunakan formula sebagai berikut :
∑ X
__
X = __________________
n
Keterangan :
__
X : Nilai Rata – rata
∑ X : Jumlah nilai siswa keseluruhan = 3240
N : Jumlah siswa = 40
Dari formula di atas maka dapat dihitung nilai rata – rata siswa pada siklus I sebagai berikut :
3240
Nilai rata – rata = ___________________
40

Nilai rata – rata = 83

4. Refleksi
Selanjutnya untuk dapat mengetahui perkembangan kemajuan siswa setelah kegiatan pembelajaran pada siklus II berakhir, maka diadakan kegiatan refleksi. Kegiatan refleksi ini dilakukan dengan cara melakukan evaluasi terhadap segala apa yang telah dilaksanakan dalam kegiatan penelitian setelah tindakan siklus II selesai sekaligus membuat kesimpulan berdasarkan data yang telah diperoleh. Untuk kepentingan refleksi ini, kegiatan yang dilakukan peneliti adalah dengan cara membandingkan kondisi setelah tindakan siklus I dengan kondisi setelah dilaksanakannya tindakan siklus II.
Terkait dengan kegiatan refleksi, di sini peneliti akan melakukan refleksi terhadap dua hal yaitu refleksi terhadap tindakan dan yang kedua adalah refleksi terhadap hasil pengamatan. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas berikut peneliti akan menjelaskan kegiatan refleksi sebagai berikut :
a. Tindakan
Siklus I Siklus II
Peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan permainan simulasi dalam kelompok besar (klasikal) dan tanpa melakukan penekanan – penekanan terhadap materi pelajaran yang harus dikuasai siswa Peneliti sudah melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan permainan simulasi dalam kelompok kecil dan melakukan penekanan – penekanan terhadap materi pelajaran yang harus dikuasai siswa.

b. Hasil Pengamatan.
Siklus I Siklus II
1. Hasil Belajar :
Rata – rata : 63 Rata – rata : 82
Meningkat : 19

= 19/63 X 100% = 30,16 %
2. Hasil Pengamatan

Kondisi Awal Setelah Tindakan :
a. Keaktifan siswa dalam pembelajaran belum optimal a. Siswa tampak lebih aktif dalam pembelajaran
b. Berarti proses meningkat

D. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dicapai setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I dan siklus II, maka mengenai pembahasan hasil penelitian dapat peneliti jelaskan sebagai berikut :
1. Pembahasan Tindakan.

Kondisi Awal Siklus I Siklus II
Peneliti belum melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan permainan simulasi. Peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan permainan simulasi dalam kelompok besar (klasikal) dan tanpa melakukan penekanan – penekanan terhadap materi pelajaran yang harus dikuasai siswa Peneliti sudah melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan permainan simulasi dalam kelompok kecil dan melakukan penekanan – penekanan terhadap materi pelajaran yang harus dikuasai siswa.



2. Pembahasan Hasil Penelitian.

Kondisi Awal Siklus I Siklus II
1. Hasil Belajar
Nilai Rata – rata : 51 Nilai Rata – rata : 63 Nilai Rata – rata : 82
2. Proses Pembelajaran
Keaktifan siswa dalam pembelajaran kurang Keaktifan siswa dalam pembelajaran belum optimal Siswa tampak lebih aktif dalam pembelajaran


3. Pembahasan Refleksi
Kondisi Awal Siklus I Siklus II
a. Hasil Belajar
Rata – rata : 51 Rata – rata : 63 Rata – rata : 82
Meningkat : 12/51 X 100 % = 23,53% dari kondisi awal ke siklus I Meningkat : 19/63X100% = 30,16 % dari siklus I ke siklus II
Meningkat :31/51X100% = 60,78 % dari kondisi awal ke siklus II

E. Hasil Penelitian
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan hasil belajar siswa bila kita bandingkan antara hasil belajar saat kondisi awal dengan hasil belajar siklus I yaitu berupa meningkatnya nilai rata – rata sebesar 23,53%, dari nilai rata – rata 51 (pada kondisi awal) menjadi 63 (pada siklus I). Peningkatan hasil belajar siswa ini setelah diterapkannya permainan simulasi secara klasikal dalam kegiatan belajar mengajar.
Selanjutnya apabila kita membandingkan antara hasil belajar pada siklus I dengan hasil belajar pada siklus II juga terjadi peningkatan yaitu sebesar 30,16%, dari nilai rata – rata 63 (pada siklus I) menjadi 82 (pada siklus II). Sedangkan bila kita bandingkan antara hasil belajar saat kondisi awal dengan hasil belajar pada siklus II, telah terjadi peningkatan hasil belajar siswa yaitu berupa meningkatnya nilai rata – rata sebesar 60,78%, dari nilai rata – rata 51 ( pada kondisi awal) menjadi 82 (pada siklus II). Peningkatan hasil belajar ini terjadi setelah diterapkannya permainan simulasi dalam kelompok kecil selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.









BAB V
PENUTUP


A. Simpulan
Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut :
Untuk meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan khususnya untuk standar kompetensi memahami pelaksanaan demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan, dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar siswa perlu dilibatkan secara aktif dan tidak hanya ditempatkan sebagai obyek yang hanya menerima informasi dari guru sementara siswa bersifat pasip. Untuk itu guru perlu berfikir kreatif dan tepat dalam memilih pendekatan dan metode pembelajaran. Adapun metode pembelajaran yang tepat untuk diterapkan menurut peneliti satu diantaranya adalah dengan menerapkan metode permainan simulasi.
Sesuai dengan hipotesa yang peneliti ajukan dalam penelitian, dengan menerapkan permainan simulasi akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk standar kompetensi memahami pelaksanaan demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan.
Dari hasil penelitian terbukti bahwa melalui penerapan permainan simulasi dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk standar kompetensi memahami pelaksanaan demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat yaitu bila kita bandingkan antara hasil belajar saat kondisi awal dengan hasil belajar siklus I yaitu meningkatnya nilai rata – rata sebesar 23,53%, dari nilai rata – rata 51 (pada kondisi awal) menjadi 63 (pada siklus I).
Disamping itu bukti peningkatan hasil pembelajaran melalui permainan simulasi juga dapat kita lihat apabila kita membandingkan antara hasil belajar pada siklus I dengan hasil belajar pada siklus II yaitu sebesar 30,16%, dari nilai rata – rata 63 (pada siklus I) menjadi 82 (pada siklus II). Sehingga bila kita bandingkan antara hasil belajar saat kondisi awal dengan hasil belajar pada siklus II, telah terjadi peningkatan hasil belajar siswa yaitu berupa meningkatnya nilai rata – rata sebesar 60,78%, dari nilai rata – rata 51 ( pada kondisi awal) menjadi 82 (pada siklus II).
Berdasarkan kajian teori dapat peneliti jelaskan bahwa penerapan permainan simulasi dalam kegiatan belajar mengajar akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk standar kompetensi memahami pelaksanaan demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan. Demikian pula berdasarkan hasil tindakan dalam penelitian ini terbukti bahwa dengan menerapkan permainan simulasi dalam kegiatan belajar mengajar dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk standar kompetensi memahami pelaksanaan demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan. Sehingga peneliti dapat menyimpulkan bahwa penerapan permainan simulasi dalam kegiatan belajar mengajar dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk standar kompetensi memahami pelaksanaan demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan. Hal ini berarti hipotesa yang peneliti ajukan dalam penelitian ini yaitu dengan menerapkan permainan simulasi akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk standar kompetensi memahami pelaksanaan demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan terbukti.

B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas maka peneliti memandang perlu untuk menjadikan metode permainan simulasi sebagai salah satu metode pembelajaran yang bisa peneliti terapkan pada kegiatan belajar mengajar untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

C. Saran
Berdasarkan pada kesimpulan penelitian bahwa permainan simulasi telah mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, maka peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut : 1) kepada siswa hendaknya senantiasa berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar apalagi bila dalam kegiatan belajar mengajar tersebut diterapkan metode permainan simulasi, sehingga hasil belajarnya akan dapat tercapai secara maksimal 2) kepada guru dapat menjadikan permainan simulasi ini sebagai salah satu teknik pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar sesuai dengan mata pelajaran masing – masing khususnya mata pelajaran Pendidikan Kewargenegaraan, 3) kepada sekolah hendaknya dapat memberikan kemudahan kepada guru – guru yang hendak menggunakan metode permainan simulasi dalam kegiatan belajar mengajar.



















DAFTAR PUSTAKA
Ivor K. Davies, 1970, Pengelolaan Belajar, Jakarta, Pusat Antar Universitas di Universitas Terbuka bekerjasama dengan CV. Rajawali.
Muhibbin Syah, 2001, Psikologi Belajar, Jakarta, PT. Logos Wacana Ilmu.
Nana Sudjana, H, 1987, Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung, Sinar Baru Algesindo.

















Lampiran 1


PEMERINTAH KABUPATEN BLORA
DINAS PENDIDIKAN NASIONAL
SMP NEGERI 1 RANDUBLATUNG
Jl. Diponegoro No. 19 Randublatung, Kab. Blora – Jawa Tengah Telp. (0296) 810020


SURAT IJIN PENELITIAN
No. 423.6/375.a


Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala SMP Negeri 1 Randublatung Kabupaten Blora dengan ini memberikan ijin kepada :

1. Nama : Suratman,SPd
2. NIP : 131817475
3. Unit Kerja : SMP Negeri 1 Randublatung
Untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas pada siswa SMP Negeri 1 Randublatung.
Demikian untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Randublatung, 20 Nopember 2007
Kepala Sekolah



Drs.TATA DEWANA,MPd
NIP. 131628595


Lampiran 2.a.
NILAI ULANGAN HARIAN KONDISI AWAL
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas : VIII A
Semester : I (Satu)
Tahun Pelajaran : 2007 / 2008
No. Kode Responden Nilai
(UH-1) KKM Ketuntasan
Ya Tidak
1 01 62 64 V
2 02 76 64 V
3 03 31 64 V
4 04 69 64 V
5 05 84 64 V
6 06 59 64 V
7 07 59 64 V
8 08 73 64 V
9 09 93 64 V
10 10 97 64 V
11 11 86 64 V
12 12 38 64 V
13 13 73 64 V
14 14 14 64 V
15 15 31 64 V
16 16 48 64 V
17 17 59 64 V
18 18 55 64 V
19 19 76 64 V
20 20 72 64 V
21 21 55 64 V
22 22 62 64 V
23 23 62 64 V
24 24 100 64 V
25 25 86 64 V
26 26 76 64 V
27 27 38 64 V
28 28 69 64 V
29 29 66 64 V
30 30 55 64 V
31 31 69 64 V
32 32 68 64 V
No. Kode Responden Nilai
(UH-1) KKM Ketuntasan
Ya Tidak
33 33 48 64 V
34 34 90 64 V
35 35 59 64 V
36 36 48 64 V
37 37 21 64 V
38 38 90 64 V
39 39 31 64 V
40 40 66 64 V
Keterangan:
1. Jumlah siswa yang mencapai tuntas 19 siswa
2. Jumlah siswa yang belum mencapai tuntas 21 siswa
3. Prosentase siswa yang tuntas 47 %
4. Prosentase siswa yang belum tuntas 53 %

Randublatung, Pebruari 2008
Guru PKn / Peneliti




Suratman,SPd
Nip. 131817475










Lampiran 2.b.
NILAI ULANGAN HARIAN KONDISI AWAL
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas : VIII A
Semester : I (Satu)
Tahun Pelajaran : 2007 / 2008
No. Kode Responden Nilai
(UH-2) KKM Ketuntasan
Ya Tidak
1 01 8 64 V
2 02 16 64 V
3 03 20 64 V
4 04 63 64 V
5 05 32 64 V
6 06 28 64 V
7 07 58 64 V
8 08 58 64 V
9 09 64 64 V
10 10 20 64 V
11 11 16 64 V
12 12 20 64 V
13 13 20 64 V
14 14 16 64 V
15 15 32 64 V
16 16 20 64 V
17 17 28 64 V
18 18 64 64 V
19 19 28 64 V
20 20 20 64 V
21 21 12 64 V
22 22 32 64 V
23 23 28 64 V
24 24 60 64 V
25 25 40 64 V
26 26 64 64 V
27 27 20 64 V
28 28 36 64 V
29 29 28 64 V
30 30 32 64 V
31 31 40 64 V
32 32 24 64 V
No. Kode Responden Nilai
(UH-2) KKM Ketuntasan
Ya Tidak
33 33 16 64 V
34 34 80 64 V
35 35 16 64 V
36 36 70 64 V
37 37 24 64 V
38 38 67 64 V
39 39 24 64 V
40 40 20 64 V
Keterangan:
1. Jumlah siswa yang mencapai tuntas 5 siswa
2. Jumlah siswa yang belum mencapai tuntas 35 siswa
3. Prosentase siswa yang tuntas 15 %
4. Prosentase siswa yang belum tuntas 85 %

Randublatung, Pebruari 2008
Guru PKn / Peneliti




Suratman,SPd
Nip. 131817475










Lampiran 2.c.
NILAI ULANGAN HARIAN KONDISI AWAL
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas : VIII A
Semester : I (Satu)
Tahun Pelajaran : 2007 / 2008
No. Kode Responden Nilai
(UH-3) KKM Ketuntasan
Ya Tidak
1 01 54 64 V
2 02 51 64 V
3 03 54 64 V
4 04 45 64 V
5 05 57 64 V
6 06 43 64 V
7 07 48 64 V
8 08 54 64 V
9 09 81 64 V
10 10 72 64 V
11 11 52 64 V
12 12 46 64 V
13 13 55 64 V
14 14 46 64 V
15 15 48 64 V
16 16 55 64 V
17 17 52 64 V
18 18 38 64 V
19 19 51 64 V
20 20 42 64 V
21 21 43 64 V
22 22 67 64 V
23 23 65 64 V
24 24 67 64 V
25 25 61 64 V
26 26 45 64 V
27 27 48 64 V
28 28 64 64 V
29 29 65 64 V
30 30 58 64 V
31 31 51 64 V
32 32 59 64 V
No. Kode Responden Nilai
(UH-3) KKM Ketuntasan
Ya Tidak
33 33 71 64 V
34 34 72 64 V
35 35 36 64 V
36 36 41 64 V
37 37 46 64 V
38 38 58 64 V
39 39 48 64 V
40 40 61 64 V
Keterangan:
1. Jumlah siswa yang mencapai tuntas 9 siswa
2. Jumlah siswa yang belum mencapai tuntas 31 siswa
3. Prosentase siswa yang tuntas 22 %
4. Prosentase siswa yang belum tuntas 78 %

Randublatung, Pebruari 2008
Guru PKn / Peneliti




Suratman,SPd
Nip. 131817475










Lampiran 2.d.
NILAI ULANGAN HARIAN KONDISI AWAL
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas : VIII A
Semester : I (Satu)
Tahun Pelajaran : 2007 / 2008
No. Kode Responden Nilai
(Rata –rata) KKM Ketuntasan
Ya Tidak
1 01 41 64 V
2 02 48 64 V
3 03 35 64 V
4 04 59 64 V
5 05 58 64 V
6 06 43 64 V
7 07 55 64 V
8 08 62 64 V
9 09 79 64 V
10 10 63 64 V
11 11 51 64 V
12 12 35 64 V
13 13 49 64 V
14 14 25 64 V
15 15 37 64 V
16 16 41 64 V
17 17 46 64 V
18 18 52 64 V
19 19 52 64 V
20 20 45 64 V
21 21 37 64 V
22 22 54 64 V
23 23 52 64 V
24 24 76 64 V
25 25 62 64 V
26 26 62 64 V
27 27 35 64 V
28 28 56 64 V
29 29 53 64 V
30 30 48 64 V


No. Kode Responden Nilai KKM Ketuntasan
Ya Tidak
31 31 53 64 V
32 32 50 64 V
33 33 45 64 V
34 34 81 64 V V
35 35 37 64 V
36 36 53 64 V
37 37 30 64 V
38 38 72 64 V
39 39 34 64 V
40 40 49 64 V
Keterangan:
1. Jumlah siswa yang mencapai tuntas 4 siswa
2. Jumlah siswa yang belum mencapai tuntas 36 siswa
3. Prosentase siswa yang tuntas 10 %
4. Prosentase siswa yang belum tuntas 90 %

Randublatung, Pebruari 2008
Guru PKn / Peneliti




Suratman,SPd
Nip. 131817475










Lampiran 3a

KISI – KISI SOAL SIKLUS I
Mata Pelajaran : PKn
Kelas : VIIIA
Semester : II (dua)
Tahun Pelajaran : 2007 / 2008

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Materi Pelajaran Uraian Matei Kelas Jml
Soal Indikator No.
Soal Bobot
Soal Bentuk
Soal
Memahami pelaksanaan demokrasi dalam berbagai kehidupan Menjelaskan hakekat demokrasi Hakekat Demokrasi Pengertian demokrasi

Unsur – unsur demokrasi 8 1


1 Menjelsakan pengertian demokrasi
Menyebutkan unsur – unsur demokrasi 1


2 Mudah


Sedang Uraian


Uraian
Nilai – Nilai demokrasi 1 Menyebutkan nilai – nilai demokrasi 3 Sedang Uraian
Prinsip – prinsip negara demokrasi 1 Menyebutkan prinsip – prinsip negara demokrasi 4 Sulit Uraian
Kebaikan bentuk pemerintahan demokrasi 1 Menyebutkan kebaikan bentuk negara demokrasi 5 Sulit Uraian
Macam – macam demokrasi 2 Menyebutkan macam – macam demokrasi 6 Sedang Uraian



Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Materi Pelajaran Uraian Matei Kelas Jml
Soal Indikator No.
Soal Bobot
Soal Bentuk
Soal
Memahami pelaksanaan demokrasi dalam berbagai kehidupan Menjelaskan hakekat demokrasi Hakekat Demokrasi Macam – macam demokrasi 8 Menyebutkan macam – macam demokrasi yang pernah berlaku di Indonesia 7 Mudah


Sedang Uraian


Uraian


Mengetahui Randublatung, Pebruari 2008
Kepala Sekolah Guru PKn / Peneliti



Drs.TATA DEWANA,MPd SURATMAN,SPd
NIP. 131 628 595 NIP. 131 817 475

Lampiran 3b

BUTIR SOAL SIKLUS I
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas : VIIIA
Semester : II (dua)
Tahun Pelajaran : 2007 / 2008


Kerjakanlah soal – soal di bawah ini dengan memberikan jawaban secara singkat dan benar !
1. Jelaskan pengertian demokrasi !
2. Sebutkan 4 unsur demokrasi yang kamu ketahui !
3. Sebutkan 4 nilai demokrasi yang kamu ketahui !
4. Sebutkan 4 prinsip dasar negara demokrasi yang kamu ketahui !
5. Sebukan 4 kebaikan pemerintahan demokrasi !
6. Sebutkan 3 macam – macam demokrasi yang diterapkan negara di dunia !
7. Sebutkan 3 macam demokrasi yang pernah berlaku di Indonesia !



Randublatung, Pebruari 2008
Guru PKn / Peneliti


SURATMAN,SPd
NIP. 131 817 475






Lampiran 3c

KUNCI JAWABAN SIKLUS I
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas : VIIIA
Semester : II (dua)
Tahun Pelajaran : 2007 / 2008

No. Kunci Jawaban
1. Demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan negara dimana rakyat memegang kekuasaan tertinggi.
Demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan yang berasal dari rakyat dan selalu mengikutsertakan rakyat dalam pemerintahan negara.
2 Unsur – unsur demokrasi :
1. Adanya partisipasi rakyat secara aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2. Adanya pengakuan akan adanya supremasi hukum.
3. Adanya pengakuan adanya kesamaan diantara warga negara
4. Adanya pengakuan akan adanya supremasi sipil dan militer
5. Adanya kebebasan berekspresi, berkumpul, berorganisasi, beragama, berkeyakinan dan kebebasan mengurus nasib sendiri.
3. Nilai – nilai demokrasi :
1. Penghargaan atas kesamaan.
2. Penghargaan akan partisipasi dalam kehidupan bersama.
3. Penghargaan atas kebebasan.
4. Penghargaan atas perbedaan.
4. Prinsip – prinsip dasar demokrasi :
1. Pemerintahan berdasar konstitusi (UUD).
2. Adanya Pemilu yang bebas , jujur, dan adil.
3. Adanyan jaminan hak asasi manusia.
4. Adanya persamaan kedudukan di depan hukum.
5. Adanya peradilan yang bebas dan tidak memihak.
6. Adanya kebebasan berserikat atau berorganisasi dan berpendapat.
7. Adanya kebebasan Pers atau media massa.
5. Kebaikan bentuk pemerintahan demokrasi:
1. Demokrasi memuat pengakuan adanya kewajiban pemerintah dan hak rakyat.
2. Demokrasi tidak begitu memerlukan penggunaan kekuasaan.
3. Demokrasi menjunjung tinggi kepribadian dan martabat manusia.
4. Demokrasi telah membuktikan dapat menjalankan kewajiban negara yang utama dengan cukup memuaskan.

6. Macam – macam demokrasi yang diterapkan negara di dunia:
1. Demokrasi liberal,
2. Demokrasi sosialis.
3. Demokrasi Pancasila
7. Macam demokrasi yang pernah berlaku di Indonesia :
1. Demokrasi palementer (1945 – 1959)
2. Demokrasi terpimpin (1959 – 1966)
3. Demokrasi Pancasila (1966 – Sekarang)

Randublatung, Pebruari 2008
Guru PKn / Peneliti


SURATMAN,SPd
NIP. 131 817 475


















Lampiran 3d
PEDOMAN PENILAIAN SOAL SIKLUS I
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas : VIIIA
Semester : II (dua)
Tahun Pelajaran : 2007 / 2008
No. Soal Skor Maksimal Tiap Soal
1. 2
2. 4
3. 4
4. 4
5. 4
6. 3
7. 3
Skor Maksimal 24
Nilai ∑ Skor Siswa
-------------------------- x 100
∑ Skor Maksimal

Randublatung, Pebruari 2008
Guru PKn / Peneliti

SURATMAN,SPd
NIP. 131 817 475



Lampiran 3.e.
NILAI ULANGAN HARIAN SIKLUS I
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas : VIII A
Semester : II (dua)
Tahun Pelajaran : 2007 / 2008
No. Kode Responden Nilai KKM Ketuntasan
Ya Tidak
1 01 88 64 V
2 02 21 64 V
3 03 54 64 V
4 04 71 64 V
5 05 79 64 V
6 06 92 64 V
7 07 88 64 V
8 08 75 64 V
9 09 100 64 V
10 10 100 64 V
11 11 79 64 V
12 12 38 64 V
13 13 38 64 V
14 14 21 64 V
15 15 88 64 V
16 16 25 64 V
17 17 42 64 V
18 18 13 64 V
19 19 58 64 V
20 20 46 64 V
21 21 38 64 V
22 22 100 64 V
23 23 100 64 V
24 24 96 64 V
25 25 96 64 V
26 26 58 64 V
27 27 33 64 V
28 28 46 64 V
29 29 67 64 V
30 30 46 64 V
31 31 46 64 V
32 32 79 64 V
33 33 88 64 V
34 34 96 64 V
No. Kode Responden Nilai KKM Ketuntasan
Ya Tidak
35 35 13 64 V
36 36 25 64 V
37 37 13 64 V
38 38 92 64 V
39 39 50 64 V
40 40 100 64 V
Keterangan:
1. Jumlah siswa yang mencapai tuntas 20 siswa
2. Jumlah siswa yang belum mencapai tuntas 20 siswa
3. Prosentase siswa yang tuntas 50 %
4. Prosentase siswa yang belum tuntas 50 %

Randublatung, Pebruari 2008
Guru PKn / Peneliti




Suratman,SPd
Nip. 131817475




















Lampiran 3.f.
DAFTAR NILAI GURU
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas : VIIIA
Semester : II (dua)
Tahun Pelajaran : 2007 / 2008
No.
Urut No.
Responden Nilai Kondisi Awal Nilai Siklus I Nilai Siklus II
Ket.
1 01 41 88
2 02 48 21
3 03 35 54
4 04 59 71
5 05 58 79
6 06 43 92
7 07 55 88
8 08 62 75
9 09 79 100
10 10 63 100
11 11 51 79
12 12 35 38
13 13 49 38
14 14 25 21
15 15 37 88
16 16 41 25
17 17 46 42
18 18 52 13
19 19 52 58
20 20 45 46
21 21 37 38
22 22 54 100
23 23 52 100
24 24 76 96
25 25 62 96
26 26 62 58
27 27 35 33
28 28 56 46
29 29 53 67
No.
Urut No.
Responden Nilai Kondisi Awal Nilai Siklus I Nilai Siklus II
Ket.
30 30 48 46
31 31 53 46
32 32 50 79
33 33 45 88
34 34 81 96
35 35 37 13
36 36 53 25
37 37 30 13
38 38 72 92
39 39 34 50
40 40 49 100

Keterangan :
Perbandingan Nilai Kondisi Awal dengan Nilai Sikus I
Naik
23,53 %
Perbandingan Nilai Siklus I dengan Nilai Siklus II
Naik / Turun
...........%

Randublatung, Pebruari 2008
Guru PKn / Peneliti

SURATMAN,SPd
NIP. 131 817 475






Lampiran 4.a.

KISI – KISI SOAL SIKLUS II
Mata Pelajaran : PKn
Kelas : VIIIA
Semester : II (dua)
Tahun Pelajaran : 2007 / 2008
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Materi Pelajaran Uraian Matei Kelas Jml
Soal Indikator No.
Soal Bobot
Soal Bentuk
Soal
Memahami pelaksanaan demokrasi dalam berbagai kehidupan Menjelaskan pentingnya kehidupan demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara Pentingnya kehidupan demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara Pentingnya kehidupan demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara 8 1


Menjelaskan pentingnya kehidupan demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara 1


Sulit


Uraian



Contoh kehidupan demokrasi 8 1 Menyebutkan pentingnya budaya demokrasi dalam keluarga 2 Sedang Uraian
Memberikan contoh persoalan di sekolah yang menuntut perlunya musyawarah 3 Mudah Uraian
Memberikan contoh budaya demokrasi dalam masyarakat 4 Sedang Uraian
Memberikan contoh budaya demokrasi dalam kehidupan berbangsa 5 Sedang Uraian
Mengetahui Randublatung, Pebruari 2008
Kepala Sekolah Guru PKn / Peneliti


Drs.TATA DEWANA,MPd SURATMAN,SPd
NIP. 131 628 595 NIP. 131 817 475
Lampiran 4.b.

BUTIR SOAL SIKLUS II
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas : VIIIA
Semester : II (dua)
Tahun Pelajaran : 2007 / 2008


Kerjakanlah soal – soal di bawah ini dengan memberikan jawaban secara singkat dan benar !
1. Jelaskan pentingnya kehidupan demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara !
2. Sebutkan 3 manfaat / pentingnya budaya demokrasi dalam keluarga!
3. Berikan 3 contoh persoalan – persoalan di sekolah yang menuntut perlunya musyawarah !
4. Berikan 3 contoh budaya demokrasi dalam masyarakat!
5. Berikan 3 contoh budaya demokrasi dalam kehidupan berbangsa!



Randublatung, Pebruari 2008
Guru PKn / Peneliti


SURATMAN,SPd
NIP. 131 817 475






Lampiran 4.c.

KUNCI JAWABAN SIKLUS II
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas : VIIIA
Semester : II (dua)
Tahun Pelajaran : 2007 / 2008

No. Kunci Jawaban
1. Pentinnya kehidupan demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara adalah untuk menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Karena dengan berkembangnya kehidupan demokrasi berarti rakyat telah menunjukkan peran aktif secara langsung untuk kemajuan bangsa dan negara dalam segala aspek kehidupan.
2 Pentingnya kehidupan demokrasi dalam keluarga :
1. Seluruh anggota keluarga akan merasa mempunyai peranan.
2. Seluruh anggota keluarga merasa ikut ambil bagian dan bertanggung jawab dalam keluarga.
3. Dapat memupuk rasa kebersamaan dan hubungan yang harmonis.
4. Setiap anggota keluarga tidak ada yang dikecewakan.
3. Contoh berbagai persoalan di sekolah yang menuntut perlunya musyawarah:
1. Menyusun tata tertip sekolah.
2. Menenukan regu piket.
3. Pemilihan pengurus kelas dan pengurus OSIS.
4. Diskusi kelompok dalam kelas. Dl/
4. Contoh budaya demokrasi dalam kehidupan masyarakat :
1. Pemilihan ketu RT / RW.
2. Musyawarah warga masyarakat untuk merencanakan kegiatan kebersihan.
3. Musyawarah warga masyarakat untuk persiapan peringatan hari besar nasional / keagamaan.
4. Pemilihan kepala desa.
5. Contoh kehidupan demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara :
1. Pelaksanaan pemilihan umum.
2. Rakyat melalui wakilnya bermusyawarah membuat UU.
3. Rakyat melakukan pengawasan terhadap wakil rakyat / pemerintah melalui meda massa.
Randublatung, Pebruari 2008
Guru PKn / Peneliti

SURATMAN,SPd
NIP. 131 817 475




Lampiran 4.d.
PEDOMAN PENILAIAN SOAL SIKLUS II
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas : VIIIA
Semester : II (dua)
Tahun Pelajaran : 2007 / 2008
No. Soal Skor Maksimal Tiap Soal
1. 2
2. 3
3. 3
4. 3
5. 3
Skor Maksimal 14
Nilai ∑ Skor Siswa
-------------------------- x 100
∑ Skor Maksimal

Randublatung, Pebruari 2008
Guru PKn / Peneliti

SURATMAN,SPd
NIP. 131 817 475






Lampiran 4.e.
NILAI ULANGAN HARIAN SIKLUS II
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas : VIII A
Semester : II (dua)
Tahun Pelajaran : 2007 / 2008
No. Kode Responden Nilai KKM Ketuntasan
Ya Tidak
1 01 43 64 V
2 02 71 64 V
3 03 86 64 V
4 04 50 64 V
5 05 93 64 V
6 06 64 64 V
7 07 100 64 V
8 08 93 64 V
9 09 100 64 V
10 10 100 64 V
11 11 93 64 V
12 12 86 64 V
13 13 93 64 V
14 14 43 64 V
15 15 100 64 V
16 16 100 64 V
17 17 79 64 V
18 18 71 64 V
19 19 50 64 V
20 20 86 64 V
21 21 71 64 V
22 22 100 64 V
23 23 100 64 V
24 24 100 64 V
25 25 86 64 V
26 26 93 64 V
27 27 79 64 V
28 28 79 64 V
29 29 71 64 V
30 30 75 64 V
31 31 50 64 V
32 32 100 64 V
33 33 93 64 V
34 34 100 64 V
No. Kode Responden Nilai KKM Ketuntasan
Ya Tidak
35 35 57 64 V
36 36 71 64 V
37 37 43 64 V
38 38 100 64 V
39 39 71 64 V
40 40 100 64 V
Keterangan:
1. Jumlah siswa yang mencapai tuntas 33 siswa
2. Jumlah siswa yang belum mencapai tuntas 7 siswa
3. Prosentase siswa yang tuntas 83 %
4. Prosentase siswa yang belum tuntas 17 %

Randublatung, Pebruari 2008
Guru PKn / Peneliti




Suratman,SPd
Nip. 131817475
















Lampiran 4.g.
DAFTAR NILAI GURU
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas : VIIIA
Semester : II (dua)
Tahun Pelajaran : 2007 / 2008
No.
Urut No.
Responden Nilai Kondisi Awal Nilai Siklus I Nilai Siklus II
Ket.
1 01 41 88 43
2 02 48 21 71
3 03 35 54 86
4 04 59 71 50
5 05 58 79 93
6 06 43 92 64
7 07 55 88 100
8 08 62 75 93
9 09 79 100 100
10 10 63 100 100
11 11 51 79 93
12 12 35 38 86
13 13 49 38 93
14 14 25 21 43
15 15 37 88 100
16 16 41 25 100
17 17 46 42 79
18 18 52 13 71
19 19 52 58 50
20 20 45 46 86
21 21 37 38 71
22 22 54 100 100
23 23 52 100 100
24 24 76 96 100
25 25 62 96 86
26 26 62 58 93
27 27 35 33 79
28 28 56 46 79
29 29 53 67 71
30 30 48 46 75
No.
Urut No.
Responden Nilai Kondisi Awal Nilai Siklus I Nilai Siklus II
Ket.
31 31 53 46 50
32 32 50 79 100
33 33 45 88 93
34 34 81 96 100
35 35 37 13 57
36 36 53 25 71
37 37 30 13 43
38 38 72 92 100
39 39 34 50 71
40 40 49 100 100

Keterangan :
Perbandingan Nilai Kondisi Awal dengan Nilai Sikus I
Naik
23,53 %
Perbandingan Nilai Siklus I dengan Nilai Siklus II
Naik
36,16 %

Randublatung, Pebruari 2008
Guru PKn / Peneliti

SURATMAN,SPd
NIP. 131 817 475